Saturday 12 March 2016

, ,

Asuhan Kebidanan pada Wanita Reproduksi dengan Kista Ovarium

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ovarium merupakan organ genitalia interna yang mempunyai fungsi yang vital dalam perjalanan reproduksi seorang wanita. Fungsi ovarium berhubungan dengan produksi ovum dan pembentukan hormon reproduksi yaitu hormon estrogen dan progesteron. Adanya berbagai gangguan pada fungsi ovarium akan menimbulkan efek terhadap proses pada pematangan ovulasi dari sel telur dan produksi hormon.
Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah kista ovarium yang merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium dimana cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium. Jenis tumor kistik terbanyak pada ovarium adalah kista denoma ovarii musinosum dengan angka kejadian 40% dari seluruh jenis tumor kistik ovarium lainnya. Selanjutnya adalah kistadenoma ovarii serosum yang angka kejadiannya hampir sama dengan kista denoma ovarii musinosum. Jenis lainnya adalah kista endometrioid dan kista dermoid dengan angka kejadian 10% (Joedosepoetro, 2005).
Tumor-tumor kistik ovarium tersebut mempunyai potensi keganasan yang berbeda-beda, salah satunya adalah 30-35% Kistadenoma serosum dapat menjadi ganas. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka prognosisnya kurang baik, walaupun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak.
Penanganan kasus ini dilakukan dengan pengangkatan tumor dengan tindakan operatif yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologik untuk mengidentifikasi adanya keganasan.
Bidan mempunyai peran dalam mendeteksi dini gangguan yang terjadi pada masa reproduksi termasuk pada kistoma ovarium. Sehingga jika terjadi kasus ini dapat tertangani dengan cepat. Selain itu juga bidan dapat memberikan asuhan pre dan pasca operasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengkaji pasien dengan kistoma ovarium di Poli Kandungan RSUD dr. Soetomo Surabaya.


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kista ovarium sesuai dengan manajemen varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kista ovarium
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kosep dasar asuhan kebidanan pada kista ovarium
3. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subyektif dan data obyektif pada kista ovarium
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose dan masalah actual pada kista ovarium
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose potensial dan masalah potensial pada kista ovarium
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada kista ovarium
7. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kista ovarium.
8. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang menyeluruh sesuai kebutuhan ibu dengan kista ovarium.

1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan pendahuluan ini adalah:
  1. Studi pustaka
  2. Praktek langsung (anamnesa dan observasi)
  3. Bimbingan
  4. Konsultasi
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang konsep dasar kista ovarium dan konsep asuhan kebidanan pada kista ovarium.
BAB III TINJAUAN KASUS
Penerapan konsep asuhan kebidanan pada kista ovarium.
BAB IV PEMBAHASAN
Membandingkan antara kasus dengan konsep teori yang telah dibuat.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kista Ovarium
2.1.1 Pengertian
Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, udara, nanah ataupun bahan-bahan lain. Kista adalah kantong abnormal yang berisi cairan encer jernih, cairan kental, kuning, bisa berupa cairan darah berwarna coklat, dan bahkan kadangkala berisi rambut. Bila cairan dalam kantong kista bertambah maka kistapun akan membesar sehingga dinding kista menipis dan mudah pecah ( Nusratuddin, 2009).
Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita yang terletak di kedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan ukuran 1,5x2 cm. Organ ini berfungsi dalam proses pematangan ovum dan produksi hormon reproduksi (estrogen dan progesteron).
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga selama masa kehamilan.
Kista ovarium secara fungsional merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8 minggu.
Kista ovarium adalah kista yang permukaannya rata, halus dan biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar (Joedosepoetro, 2005).

2.1.2 Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari bahan-bahan yang bersifat karsinogen berupa zat kimia, polutan, hormonal dan lain-lain. Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofise dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.

2.1.3 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

2.1.4 Klasifikasi Kista Ovarium
Klasifikasi tumor ovarii sampai sekarang belum ada yang benar-benar memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis. Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non-neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari corpus luteum. Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma. Oleh karena itu tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan non-neoplastik (fungsionil) dan golongan neoplastik.
1. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)
a. Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi. (Prawirohardjo, 2008)
Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu basal bersifat monofasis. Bila mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang dikenai. Seperti pada semua tumor ovarii dapat menyebabkan torsi. Kadang-kadang walaupun jarang, dapat terjadi rupture spontan, dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal sehingga gambaran klinisnya dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Yang paling sering terjadi ialah cairan kista tersebut mengalami resorpsi secara spontan setelah satu atau dua siklus.
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut. Tetapi kita tidak akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista ini neoplastik atau non neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar.
Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi spontan. Bila harus diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh karena indikasi lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil dapat dilakukan punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di enucleasi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang normal.
(Vanholder, 2006)
b. Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.
Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan ektopik. Haid kadang-kadang terlambat, diikuti dengan perdarahan sedikit yang terus menerus, disertai rasa sakit pada bagian perut bawah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit. Ada yang menganggap kista ini sebagai korpus luteum persistens, dimana oleh sesuatu sebab tidak terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista lutein ialah yang ditemukan pada mola hydatidosa atau chorio epithelioma. Dalam beberapa kasus dari jenis ini, dindingnya dibentuk oleh sel granulose yang mengalami luteinisasi, tetapi pada umumnya kista dibentuk oleh sel theca lutein dan jaringan ikat.
c. Stein Levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe. Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang menghasilkan zat androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal dominant.
(Sarwono, 2008)
d. Germinal inclusion cyst
Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.
e. Kista endometrial merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium
2. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.
(Sarwono, 2008)

c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium).
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%.
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
(Vanholder, 2006)
e. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut : Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Institut di Bandung, diantaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun.
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde (Sarwono, 2008)
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkinan pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang khas. Termasuk:
1) Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanay tak berfungsi dan tidak ganas. Hariadi selam 5 tahun (1963-1968) menemukan 3 kasus struma ovarium (= 0,5%), Djaswadi selam 10 tahun (1965-1974) hanya mencatat satu kasus (= 0,5%); sedangkan Gunawan selama 3 tahun (1974-1977) melaporkan satu kasus (= 0,2%)
(Schwabe, 2002)
2) Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen dari epitelium germinativum.
3) Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan adanya hormon koriogonadotropin.

2.1.5 Prognosis
William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2% ( The Patient Education Institute, 2011).

2.1.6 Tanda dan Gejala
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun kadang-kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti:
1. Rasa nyeri yang menetap dirongga panggul
2. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak
3. Rasa nyeri segera timbul begitu siklus menstruasi selesai. Perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur
4. Perut membesar sehingga menimbulkan rasa tekanan, terasa penuh dan nyeri abdomen
5. Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha.
6. Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit
7. Peningkatan berat badan
8. Nausea dan vomiting
9. Breast tenderness

2.1.7 Komplikasi
1) Perdarahan intra tumor
Perdarahan dalam kista biasanya terjadi sedikit demi sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik yang minimal. Namun jika perdarahan terjadi secara masif, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
2) Putaran tangkai
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter >5 cm akan tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakkannya. Kehamilan dapat mempermudah terjadinya torsi karena pada kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat terjadi perubahan mendadak pada rongga perut.
Putaran tangkai juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Karena vena lebih mudah tertekan, terjadi pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran tumor dan terjadi perdarahan dalam tumor. Jika putaran tangkai terjadi terus, maka dapat terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menimbulkan robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan, tumor dapat melekat pada omentum, yang dapat melepaskan diri dan menjadi tumor parasit.
3) Infeksi pada tumor
Hal ini terjadi jika di sekitar tumor ada sumber patogen. Kista dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, trauma (seperti jatuh), pukulan pada perut, dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika terjadi robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda abdomen akut. Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat menimbulkan suatu pseudomiksoma peritonii.
5) Perubahan keganasan
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid. Sehingga setelah sel-sel tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keganasan. Adanya metastasis dapat memperkuat diagnosis keganasan.
(Sarwono, 2008)

2.1.8 Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi (Schwabe, 2002).
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah:
1) Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4) Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
(Sarwono, 2008)
2.1.10 Penatalaksanaan
Pemilihan penatalaksanaan kistoma ovarium tergantung pada usia penderita, paritas, status kehamilan, ukuran tumor kistik, dan derajat keluhan. Tidak semua kistoma ovarium memerlukan terapi pembedahan. Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal (Sarwono, 2008).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan Kista Ovarium

PENGKAJIAN
2.2.1 Data Subyektif
  1. Identitas / biodata meliputi nama ibu dan suami, umur, pendidikan dan pekerjaan. Faktor usia 35 – 45 tahun merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium dan jarang pada umur dibawah 20 tahun atau saat usia menopause.
  2. Keluhan utama
Nyeri pada perut, ketidaknyamanan karena perdarahan yang abnormal, rasa berat di perut, sesak nafas dan keterbatasan aktifitas jika kistoma membesar.
  1. Riwayat menstruasi
Siklus menstruasi, lama, banyak darah yang keluar, dysmenore, fluor albus. Pada kistoma uteri biasanya terjadi gangguan perdarahan antara lain hypermenorhea atau bahkan amenore.
  1. Riwayat Obstetri
Nullipara dengan menggunakan KB hormonal. Kista ovarium sering terjadi pada nullipara. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menambah risiko terjadinya kista ovarium.
  1. Riwayat Penyakit sekarang
Awal mula gejala dirasakan. Terapi dan penatalaksanaan yang sudah didapat.
  1. Riwayat kesehatan klien yang lalu
Ada riwayat kista ovarium sebelumnya. Keganasan kista ovarium dapat terjadi pada beberapa klasifikasi kista ovarium.
  1. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan kista ovarium. Salah satu faktor yang mungkin dapat menyebabkan kista ovarium adalah faktor herediter.
  1. Pola fungsional kesehatan
- pola nutrisi
kebutuhan nutrisi pada ibu kistoma ovarium yaitu diet TKTP dan pemenuhan cairan
- pola eliminasi
mengalami gangguan BAK dan BAB karena pembesaran perut.

2.2.2 Data Objektif
  1. Keadaan umum
Keadaan umum pada ibu kistoma ovarium adalah baik dan kesadarannya dapat composmentis, somnlens, apatis.
  1. Tanda-tanda vital meliputi, suhu (36,5C-37,5C), nadi (64-100x/m), pernafasan (16-20 x/m), tekanan darah (110/70-120/80)\
  2. Pemeriksaan fisik
a. Dada
Simetris, tidak mengalami hiperpigmentasi
b. Abdomen
Tidak terdapat striae atau linea nigra. Terdapat massa dan pembesaran perut. Terdapat nyeri tekan. Dapat digerakkan atau tidak. Tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan.
c. Ekstrimitas
Bawah oedem. Penekanan pembuluh darah oleh pembesaran perut.
  1. pemeriksaan penunjang
- Laparaskopi
Tumor berasal dari ovarium. Dapat diketahui sifat – sifat tumor.
- Ultrasonografi
Tumor berasal dari ovarium. Dapat ditentukan letak dan batas tumor, jenis tumor kistik atau solid.
- Foto Rontgen
Pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
- Parasintesis
Menentukan sebab ascites.
(Sarwono, 2008)

2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
1. Diagnosa aktual : Ny. Dengan kistoma ovarium
Diagnosa diperoleh keterangan dan keluhan ibu langsung dan hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke diagnosa.
2. Masalah (yang mungkin terjadi)
- Nyeri perut
- Gangguan BAK/BAB
- Gangguan menstruasi
2.2.4 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
1. Infeksi
2. Robekan dinding kista
3. Perdarahan ke dalam tumor
4. Keganasan
5. Perputaran tangkai

2.2.5 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
1. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.
2. Rujukan ke tempat pelayanan medis rujukan terdekat.

2.2.6 Perencanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan sehingga diharapkan bisa kooperatif dalam menjalani terapi
2. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan diet TKTP dan minum 2-3 liter perhari sesuai dengan kebutuhan
R/ asupan nutrisi TKTP dan cairan yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan juga mempercepat penyembuhan luka
3. Berikan health education tentang personal higiene, sebab timbulnya nyeri, cara mengatasi nyeri dengan tidak melakukan pekerjaan berat dan diet TKTP
R/ dengan memberikan informasi tambahan mengenai personal higiene, sebab timbulnya nyeri, cara mengatasi nyeri dan diet TKTP diharapkan ibu dapat bekerja sama untuk memulihkan keadaannya.
4. Kolaborasi dokter Sp.OG untuk tindakan selanjutnya dan pemberian terapi
R/ dengan berkolaborasi ibu dengan kistoma akan mendapat tindakan yang lebih esensial sehingga dengan penanganan yang tepat dapat lebih menyelamatkan ibu
5. Lakukan pendokumentasian penanganan yang telah dilakukan
R/ Pendokumentasian sebagai catatan bidan untuk tindakan yang akan dilakukan selanjutnya

2.2.7 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ibu yang mengacu pada perencanaan.

2.2.8 Evaluasi
a. Ibu dan keluarga mengerti akan kondisi ibu saat ini
b. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan diet TKTP
c. Ibu mengerti mengenai personal hygiene, sebab timbulnya nyeri, cara mengatasi nyeri dan diet TKTP
d. Ibu setuju untuk melakukan tindakan yang disarankan oleh DSOG
e. Pendokumentasian sudah dilakukan

2.2.9 Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan diisi jika dilakukan observasi selanjutnya di dalam ruangan.


DAFTAR PUSTAKA

Helm William C. (2012). Ovarian Cysts. [online]. September 2014. diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a0104
Prawirohardjo, S. (2008). ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Sharmishtha Patra. (2013). Ovarian Cyst. HYPERLINK "http://www.whereincity.com/medical/topic/women-health/disease/ovarian-cysts-232.htm" http://www.whereincity.com/medical/topic/women-health/disease/ovarian-cysts-232.htm . Cited by September 2014.
Schwabe, Willmar. (2002). Ovarian Cyst. India: Lilavati Hospital and Centre
The Patient Education Institute. (2011). X-Plain Ovarian Cysts. America: The Patient Education Institute.
Vanholder Tom, Opsomer Geert, Kruif Aart. (2006). De Aetiology and Pathogenesis of Cystic Ovarian Follicles in Dairy Cattle: A review.
Share:  

0 comments:

Post a Comment