Saturday 12 March 2016

, ,

Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang
Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Kematian Balita (AKABA). Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. SUSENAS (2005) menunjukkan bahwa AKB di Indonesia adalah 35 bayi per 1000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut (Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010).
Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan AKB adalah lima persen per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar empat persen per tahun. Keberhasilan dalam menurunkan AKB ini cukup signifikan, namun AKB di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina; 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand dan 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia (Bappenas, 2008).
Dilihat dari AKB-nya, dalam periode 1991-2005 Indonesia sudah memenuhi target dari MDGs, artinya ditinjau dari tujuan dapat dikatakan sudah berhasil. Tetapi kecenderungan yang terjadi, berdasarkan prediksi dari tim BPS-UNDP-Bappenas (2005) penurunan AKB tidak berlangsung cepat, tetapi turun perlahan secara eksponensial. Berdasarkan pola ini, diperkirakan di tahun 2015 AKB di Indonesia mencapai 21 kematian bayi per 1000 kelahiran. Angka ini belum memenuhi target dari MDGs yaitu sebesar 17 kematian bayi per 1000 kelahiran. Untuk itu pemerintah harus berupaya keras melalui berbagai program intervensi untuk menekan AKB ini (Bappenas, 2008).
Diantara provinsi-provinsi di Indonesia pada tahun 2007, posisi Jawa Timur apabila dilihat dari AKB-nya, termasuk kelompok menengah yaitu 35 kematian per 1000 kelahiran. AKB terendah yaitu DI Yogyakarta dengan 19 kematian bayi per 1000 kelahiran, sedangkan yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat dengan 74 kematian bayi per 1000 kelahiran (Bappenas, 2008). Pada tahun 2008 AKB Jawa Timur turun dari 35 menjadi 32. Apabila dicermati lebih lanjut, kabupaten/kota di Jawa Timur mempunyai AKB yang sangat beragam, yang terendah di Kota Blitar (22 kematian per 1000 kelahiran) sedangkan tertinggi di Kabupaten Probolinggo (69 kematian per 1000 kelahiran). Terjadinya keragaman dan ketimpangan antar daerah menarik untuk dikaji, apa penyebabnya dan apakah ada aspek wilayah berpengaruh terhadap AKB. Aspek wilayah dalam penelitian ini terkait dengan perbedaan karakteristik antar daerah, diantaranya adalah ketersediaan tenaga medis serta fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh kabupaten/kota di Jawa Timur (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2009).
Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur 1 tahun terjadi pada masa bayi baru lahir (BBL). Kehidupan pada masa BBL sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faal. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologis seperti pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktif nya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbon dioksida), saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan, ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah, hati berfungsi untuk menetralisir dan mengekresikan bahan racun yang tidak diperlukan badan, sistem imunologi berfungsi untuk mencegah infeksi dan sistem kardiovaskuler serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faal yang disebabkan prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir (Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010).
Disamping penyesuaian fisiologik bayi baru lahir merupakan periode yang penting dan rawan, penanganan dan pemeriksaan bayi baru lahir juga merupakan faktor penting dalam menemukan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Contoh lainnya misalnya, kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat menyebabkan masuknya cairan lambung kedalam paru-paru yang mengakibatkan kesulitan pernafasan. Tidak kurang penting adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat pada waktu pemotongan tali pusat, melalui mata, melalui telinga pada waktu persalinan atau pada waktu memandikan/membersihkan bayi dengan bahan atau cairan atau alat yang kurang bersih (Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010).

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat lahir rendah, pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantauan kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat (Kosim, 2008).
Pada makalah ini penulis menguraikan hal – hal yang terjadi dalam bayi baru lahir fisiologi untuk lebih memahami tentang bayi baru lahir fisiologi sehingga dapat mendeteksi secara dini jika terjadi penyimpangan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir menurut alur piker varney dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif
2. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis, masalah dan kebutuhan tindakan segera
3. Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan bayi baru lahir
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun
5. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan
6. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.

BAB 2

LANDASAN TEORI


2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.1.1 Pengertian
Menurut M. Sholeh Kosim (2012), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan berat 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan dan berat badan bayi antara 2500-4000 gram tanpa tanda-tanda asfiksia dan penyakit penyerta yang lain (Johnson, 2008).
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir sampai dengan usia 4 minggu, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2008)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 - 42 miggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar ≥ 7 dan tanpa cacat bawaan (Haws, 2007).

2.1.2 Ciri-ciri bayi normal
Menurut Saifudin (2009) ciri-ciri bayi normal antara lain sebagai berikut :
a) Berat badan 2500-4000 gram
b) Panjang badan 48-52 cm
c) Lingkar badan 30-38 cm
d) Lingkar kepala 33-35 cm
e) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit kemudian menurun sampai 140 kali/menit
f) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks kaseosa
g) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna
h) Kuku agak panjang dan lemas
i) Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi labio minora (pada anak perempuan)
j) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
k) Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk
l) Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam.
m) Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama mekonium berwarna kecoklatan (www.scribd.com).

2.1.3 Periode Transisi ke Kehidupan Ekstrauterin
Periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauteri (Varney et al, 2007).
Periode transisi mencakup tiga periode, meliputi periode pertama reaktivitas, fase tidur, dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir ke arah fungsi mandiri (Ladewig,2006)
1). Periode reaktifitas pertama
Periode reaktifitas pertama dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung selama 30 menit.
Karakteristik:
Tanda-tanda vital bayi lahir sebagai berikut: frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama yang tidak tertur. Frekuensi pernafasan mencapai 80 kali/ menit, irama tidak teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan dengan keadaan pernafasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi; fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis; bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun mempunyai pergerakan usus, selama periode ini; bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mukus, menangis kuat, refleks menghisap yang kuat. Selama periode ini mata bayi terbuka lebih lama, dari pada hari-hari selanjutnya. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode perlekatan karena bayi baru lahir dapat mempertahankan kontak mata untuk waktu yang lama.
Kebutuhan perawatan khusus selama periode pertama reaktivitas
Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernafasan, setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran. Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila/kulit berkisar antara 36,5-37 C) dengan penggunaan selimut hangat atau lampu penghangat diatas kepala. Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk memfasilitasi perlekatan. Tunda pemberian obat tetes sebagai profilaksis pada 1 jam pertama untuk meningkatkan interaksi antara orang tua-bayi
2). Fase tidur
Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam.
Karakteristik
Saat bayi berada pada fase tidur, frekuensi pernafasan dan nadi apikal kembali kenilai dasar; kestabilan warna kulit; terdapat beberapa akrosianosis. Bising usus bisa terdengar.
Kebutuhan perawatan yang khusus diperlukan selama fase tidur
Bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, tetapi orang tua tetap dapat menikmati memeluk dan menggendong bayinya.
3). Periode reaktifitas kedua
Periode reaktivitas kedua berlangsung dari usia sekitar 4-6 jam
Karakteristik
Bayi mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal 120-160 kali / menit dan dapat bervariasi mulai (< 120 x/menit) hingga takikardi (> 160 x/menit). Frekuensi pernafasannya berkisar dari 30-60 x/menit dengan periode pernafasan yang lebih cepat tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping hidung ataupun retraksi); fluktuasi warna kulit dari merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak, bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekoneum selama periode ini; peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak daat sekresi. Refleks penghisapan sangat kuat dan bayi bisa sangat aktif (Ladewig, 2006)
Kebutuhan perawatan khusus periode kedua reaktivitas
1. Pantau secara ketat bayi baru lahir terhadap kemungkinan tersedak saat pengeluaran mukus yang berlebihan yang dalam keadaan normal memang terdapat.
2. Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi segera jika dibutuhkan (mis. Hentakan punggung bayi, miringkan bayi)
3. Kaji keinginan bayi untuk menghisap dan menelan dan kemampuan untuk minum (tidak tersedak atau muntah selama minum)
4. Memantau tanda-tanda vital bayi baru lahir setiap 4 jam
5. Timbang berat badan bayi dan ukur panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada
6. Pemeriksaan fisik

2.1.4 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi dan lain-lain.
2.1.4.1 Gangguan metabolisme karbohidrat
Oleh karena kadar gula darah tali-pusat yang 65mg/100ml akan menurun menjadi 50 mg/100ml dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120mg/100ml. bila oleh karena sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemi, misalnya terdapat pada bayi BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah), bayi dari ibu menderita diabetes mellitus dan lain-lain.
2.1.4.2 Gangguan umum
Sesaat sesudah lahir ia akan berada ditempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila didiamkan saja pada suhu kamar 250 C maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konversi dan radiasi sebanyak 200 kalori/ kg BB/menit. Sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh daripada yang tersebut diatas, dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20 C dalam waktu 15 menit. Kejadian ini sangat berbahaya untuk neonatus terutama BBLR, dan bayi asfiksia oleh karena mereka tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan vasokontriksi dan produksi panas yang dibuat sendiri. Akibat suhu tubuh yang rendah metabolism jaringan akan meninggi dan asidosis yang ada (terdapat pada semua neonatus) akan bertambah berat, sehingga kebutuhan oksigen pun akan meningkat.hipotermi ini juga dapat menimbulkan hiperglikemia.bkehilangan panas dapat dikurangi dengan mengatur suhu lingkungan (mengeringkan, membungkus badan dan kepala dan kemudian letakkan di tempat yang hangat seperti pangkuan ibu, tempat tidur dengan botol-botol hangat sekitar bayi atau dalam incubator dan dapat pula dibawah sorotan lampu).
2.1.4.3 Perubahan sistem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap kekuranga oksigen; rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu di dalam uterus dan di luar uterus.
Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernafasan lainnya. Tekanan rongga dada pada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin normal cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula.
2.1.4.4 Perubahan sistem sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru,tekanan oksigen didalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru sehingga aliran darah kea lat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pumonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteria dan vena umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali pusat aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan folamen ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan; ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.
2.1.4.5 Perubahan Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus.
2.1.4.6 Perubahan Sistem Imunitas
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi:
a. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.
b. Fungsi saringan saluran napas.
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
2.1.4.7 Perubahan Sistem Integumen
Struktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari, terutama jika terpajan pada udara dingin.
2.1.4.8 Perubahan Sistem Reproduksi
Saat lahir ovarium bayi wanita berisi beribu-ribu sel germinal primitif yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui vagina. Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka.
Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki-laki. Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3-4 tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi dan akan mengecil tanpa pengobatan.
Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witch’s milk), ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan hormon ibu dalam tubuh bayi.
2.1.4.9 Perubahan Sistem Neuromuskular
Bayi baru lahir memiliki banyak reflek primitif. Saat reflek muncul dan menghilang menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik. Berikut beberapa reflex pada bayi baru lahir :
1) Reflek moro: didapat dengan cara memberikan isyarat kepadabayi dengan satu teriakan kencang aau gerakan yang mendadak. Respon BBL berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus ke arah luar, sedangkan lutut fleksi. Tangan kemudian akan kembali lagi ke arah dada seperti posisi dalam pelukan. Jari-jari nampak terpisah, membentuk huruf C dan bayi mungkin menangis.
2) Refleks menggenggam: didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan objek, atau dengan jari pemeriksa. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang dengan erat, sehingga dapat diangkat sebentar dari tempat tidur
3) Reflek Babinski: didapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan telapak. Respon bayi berupa jari-jari kaki akan membuka.
4) Tonic neck: didapat dengan menelentangkan bayi. Respon berupa bila kepala menengok ke arah kanan, maka bagian tubuhnya seperti bergerak ke arah sebaliknya dengan kedua tangan biasanya menggenggam. Posisi akan nampak seperti pemain anggar.
5) Reflek mencari: Bayi menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya
6) Refleks menghisap: didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagunya disentuh. Sebagai respons, bayi akan menoleh ke samping untuk mencari sumber objek, dan membuka mulutnya untuk mengisap
7) Refleks menelan: bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh dibelakang lidah (Stright : 2004, Ladewig:2006 )

2.1.5 Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Saifudin,2009, tujuan utama penanganan bayi segera setelah lahir ialah:
2.1.5.1 Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah bayi lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir penolong harus melakukan upaya pencegahan infeksi berikut :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
2. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
3. Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lender delee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi juga harus bersih.
2.1.5.2 Penilaian Awal
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan area tersebut bersih dan kering. Segera pula lakukan penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan berikut :
1. Apakah bayi menangis kuat dan/bernafas tanpa kesulitan?
2. Apakah bayi berberak dengan aktif atau lemas?
(APN, 2008)
Tetapi, biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistem APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain warna kulit bayi, frekuensi jantung, reaksi terhadap rangsang, aktifitas, tonus otot dan pernafasan bayi, masing-masing diberi tanda 0, 1 atau 2 sesuai dengan kondisi bayi.
Klasifikasi klinik :
Nilai 7-10 : bayi normal
Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat (www.scribd.com).
Tabel 2.1 Skor APGAR
Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Laju Jantung Tidak ada <100 kali/menit ≥100 kali/menit
Usaha Bernafas
Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif
Reflek Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna Kulit Seluruh tubuh biru/pucat Tubuh kemerahan, ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerahan
Sumber : American Academy of Pediatrics, American College of Obstetricians and Gynecologies
2.1.5.3 Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Possisi kepal adiatur lurus lebih sedikit tengadah ke belakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 23 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
2.1.5.4 Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut dengan dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkogol 70% atau povidon iodine 10% (terutama jika pemotong tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari atau setiap tali basah atau kotor (Saifudin, 2009).
2.1.5.5 Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperature tubuh bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada pada ruangan yang relative hangat (APN, 2008).
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4 cara, yaitu :
1) Konduksi
Adalah kehilangan panas melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-banda tersebut.
2) Konveksi
Adalah kehilangan panas melalui aliran udara di sekitar bayi. Suhu udara di kamar bersalin dan ruang bayi tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang cukup kuat harus jauh dari area resusitasi.
3) Evaporasi
Adalah kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi baru lahir yang basah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan.
4) Radiasi
Adalah kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi. Karena itu, bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya, idealnya dengan handuk hangat.
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1. Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernafasannya.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang basah oleh cairan ketuban kemudian selimuti tuuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
3. Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai pada 1 jam pertama kelahiran.
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badab bayi dapat dinilai dari selisih berat badan pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat badan pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah bayi lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat (APN, 2007).
2.1.5.6 Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25%-0,5%. Melihat bahaya dari PDVK tersebut, Departemen Kesehatan telah membuat kebijakan nasional yang berisi semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K.
1. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1.
2. Vitamin K diberikan secara IM atau oral.
3. Dosis untuk semua bayi baru lahir :
1) Intramuskuler, 1 mg dosis tunggal
2) Oral, 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari, dan pada saat bayi berumur 1-2 bulan.
2.1.5.7 Memberi obat tetes mata atau salep mata
Di beberapa Negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi baru lahir. Pemberian obat mata eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia.
2.1.5.8 Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari 1 persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus, tidak melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama bayi (Bayi, Nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama ibu. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Ukurlah berat badan, panjang bayi, lingkar kepala, dan lingkar perut (Saifudin, 2009).
2.1.5.9 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Program ini sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu.
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusus segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari piting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke putting susu) (seksi gizi dinkes kulonprogo, 2009).
Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Tahapannya adalah setelah bayi diletakkan, dia akan menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, maka kemungkinan saat pertama kali diletakkan di dada ibu, bayi belum bereaksi. Kemudian berdasarkan bau yang dicium dari tangannya, ini membantu dia menemukan puting susu ibu. Dia akan merangkak naik dengan menekankan kakinya pada perut ibu. Bayi akan menjilati kulit ibunya yang mengandung bakteri baik sehingga kekebalan tubuh bayi akan bertambah. Dalam IMD, ibu maupun penoling persalinan tidak boleh memberikan bantuan apapun pada bayi tapi membiarkan bayi menyusu sendiri. Biasanya bayi dapat menemukan putting susu ibu dalam jangka waktu 1 jam pertama ( www.kumpulan.info.com).
Berikut adalah manfaat IMD untuk ibu dan bayi :
a) Untuk ibu
1. Meningkatkan hubungan ibu dan bayi
2. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan sesudah melahirkan
3. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyususi selama masa bayi
4. Mengurangi stress ibu setelah melahirkan
b) Untuk bayi
1. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
2. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung
3. Kolonisasi bacterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal
4. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga yang dipakai bayi
5. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi
6. Mempercepat keluarnya mekoneum
7. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi
8. Mencegah terlewatnya puncak “reflek menghisap” pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir (www.asipati.co.cc)
2.1.5.10 Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atatu tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a. Dua jam pertama setelah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
1. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2. Bayi tampak aktif atau lunglai
3. Bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada atau tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :
1. Bayi kecil untuk masa kehamilan
2. Gangguan pernafasan
3. Hipotermia
4. Cacat bawaan dan trauma lahir
(Saifudin, 2009).

2.1.6 Pengukuran Rutin Bayi Baru Lahir
Pengukuran rutin bayi baru lahir antara lain :
2.1.6.1 Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000 gram. Timbang berat badan bayi segera setelah lahir karena dapat terjadi penurunan secara cepat.
2.1.6.2 Panjang badan
Panjang badan diukur dari puncak kepala sampai tumit pada bayi cukup bulan normalnya 48-53 cm. terkadang agak sulit dilakukan Karena adanya molase, ekstensi lutut tidak sempurna. Bila panjang badan kurang dari 45 cm atau lebih dari 55 cm perlu dicermati adanya penyimpangan kromosom.
2.1.6.3 Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur dengan meteran, mulai dari bagian depan kepala (diatas alis atau area frontal) dan area oksipital disebut oksipitofrontalis yang merupakan diameter terbesar. Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm pada bayi cukup bulan.
2.1.6.4 Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5-33 cm, sekitar 2 cm lebih kecil daripada lingkar kepala. Pengukuran dilakukan tepat pada garis bawah dada. Bila panjang badan kurang dari 30 cm perlu dicurigai adanya prematur (www.scribd.com).

2.1.7 Pemeriksaan Pada Bayi
Menurut Saifuddin (2009), lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap ketika memeriksa bayi baru lahir dan ingat butir-butir penting berikut :1). Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan. 2). Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarungtangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi. 3). Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala danberlanjut secara sistematis menuju jari kaki. 4). Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjutyang memang diperlukan. 5). Rekam hasil pengamatan dan tiap tindakan jika diperlukan bantuan lebih lanjutan.
2.1.7.1 Pemeriksaan fisik pada bayi
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik BBL, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
a) Bayi sebaiknya dalam keadaaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian pada daerah yang diperiksa.
b) Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala dan kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
c) Lakukan prosedur yang mengganggu bayi seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir.
d) Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
2.1.7.2 Hal-hal yang Akan Diperiksa
a) Penampilan secara umum
Yang dinilai penampilan secara umum adalah seperti tangisan bayi, ukuran tubuh bayi apakah kecil, besar atau kurus.
b) Tanda-tanda fisik
1. Tingkat pernapasan
Bayi yang baru lahir umumnya bernapas antara 40-60x/menit, dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik turun perutnya, bayi dalam keadaan tenang.
2. Detak jantung
Jantung BBL normalnya berdetak antara 120-160 x/menitdengan menggunakan stetoskop dapat didengar dengan jelas di telinga.
3. Suhu tubuh
Suhu tubuh BBL normalnya 36,5-37,5°C diukur di daerah ketiak bayi selama 15 menit dengan menggunakan thermometer.
4. Kepala
Lakukan inspeksi daerah kepala, lihat apakah ada molase,Caput succadenum dan chepal hematoma, perdarahan atau kelainan lainnya.
5. Telinga
Untuk memeriksa telinga bayi tataplah mukanya.Bayangkan sebuah garis melintas kedua matanya,normalnya beberapa bagian telinga harus berada di garis ini.
6. Mata
Lihat kedua mata bayi apakah kedua mata tampak normal dan apakah bergerak bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi. Jika disinari, kedua mata mengecil berarti dalam keadaan normal. Selanjutnya lihat sclera dan konjungtivanya.
7. Hidung dan mulut
Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan lancar tanpa hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langit-langit dengan cara menekan sedikit pipi bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukkan jari tangan anda untuk merasakan hisapan bayi.
8. Leher
Periksa leher apakah ada pembengkakan dan benjolan. Pastikan untuk melihat apakah kelenjar thyroid bengkak,hal ini merupakan suatu masalah pada BBL.
9. Dada
Yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi napas dan bunyi jantung.
10. Bahu, lengan dan tangan
Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak kemudian menghitung jumlah jari.
11. Perut
Pada perut yang diperhatikan adalah bentuk dari perut bayi,lingkar perut, penonjolan sekitar tali pusat ketika bayi menangis, perdarahan pada tali pusat, dinding perut lembek pada saat bayi tidak menangis dan benjolan yang terlihat pada perut bayi.
12. Alat kelamin
Pada bayi laki-laki yang harus diperiksa adalah normalnya dua testis dalam skrotum kemudian apakah pada ujung penis terdapat lubang. Pada bayi perempuan yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora dan minora, pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan terdapat klitoris.
13. Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan adalah verniks, warna,pembengkakan atau bercak-bercak hitam dan kemerahan seperti tanda lahir.
14. Punggung dan anus
Lihat punggung apakah terdapat kelainan atau benjolan,apakah anus berlubang atau tidak.
15. Tungkai dan kaki
Yang perlu diperiksa adalah gerakan kaki, bentuk simetris kaki, panjang kedua kaki dan jumlah jari pada kaki.

2.1.8 Tanda-tanda bahaya pada bayi
Bayi baru lahir dinyatakan sakit atau apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda berikut :
1. Sesak nafas
2. Frekuensi pernafasan 60 kali/menit
3. Gerak retraksi dada
4. Malas minum
5. Panas atau suhu badan bayi rendah
6. Kurang aktif
7. Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum.
Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda berikut :
1. Sulit minum
2. Sianosis sentral (lidah biru)
3. Perut kembung
4. Periode apneu
5. Kejang
6. Merintih
7. Perdarahan
8. Sangat kuning
9. Berat badan <1500 gram
(Saifudin, 2009).


2. 2 Konsep Dasar Managemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

2. 2 .1 Pengkajian ( Pengumpulan Data Dasar )
A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
  • Nama bayi :.
  • Tanggal/jam lahir :
· Jenis kelamin :.
  • Umur bayi :.
  • Alamat :.
2. Identitas Orang Tua
  • Nama ibu/ayah :
  • Pendidikan ibu/ayah:
  • Pekerjaan ibu/ayah :.
  • Agama :
  • Alamat ibu/ayah :
3. Keluhan utama
Keluhan yang tampak dan dirasakan oleh klien/bayi diambil dari orang tua atau keluarga yang lain.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Riwayat Kehamilan ini
Kapan gerakan janin pertama kali dirasakan. Apa saja keluhan ibu saat hamil, berdasarkan trimester kehamilannya. Selama hamil, berapa kali dan dimana ibu memeriksakan kehamilannya. Penyuluhan dan terapi apa saja yang telah ibu dapatkan.
Rasional : hal ini untuk menambah informasi dan ketentuan pelayanan kesehatan selanjutnya untuk bayi.
b) Riwayat Penyakit Kehamilan
Hal ini untuk menambah informasi dan ketentuan pelayanan kesehatan selanjutnya untuk bayi.
- Perdarahan
Rasional : bila perdarahan ante partum kemungkinan adanya kelahiran preterm, pertumbuhan janin terhambat
- Pre eklampsia
Rasional : komplikasi pada bayi dapat mengalami pertumbuhan janin terhambat, persalinan preterm yang dapat menyebabkan asfiksia karena belum sempurnanya fungsi paru-paru
- Eklampsia
Rasional : komplikasi pada bayi dapat mengalami pertumbuhan janin terhambat, persalinan preterm yang dapat menyebabkan asfiksia karena belum sempurnanya fungsi paru-paru
- Penyakit Kelamin
Rasional: komplikasi pada bayi dapat menyebabkan infeksi terutama pada mata/ oftamia neonaturum dan a akibat klamidia (penyakit menular seksual)
- Lain-lain :
c) Kebiasaan Ibu Saat Hamil
Hal ini untuk mengetahui kebiasaan ibu saat hamil yang dapat mempengaruhi kesehatan bayi
- Makanan :
- Obat-obatan :
- Merokok :
- Lain-lain :
d) Riwayat natal
§ Jenis persalinan
Rasional : hal ini untuk mengetahui sebab komplikasi, apabila anak mengalami komplikasi saat proses kelahiran yang nantinya akan disesuaikan dengan jenis persalinan
§ Ditolong oleh
Rasional: hal ini untuk mengetahui apakah bayi mendapat imunisasi, obat-obatan dan konseling yang tepat dari tenaga kesehatan pada saat bayi lahir.
§ Lama persalinan
- Kala I: Jam, Menit
- Kala II: Jam, Menit
Rasional: hal ini untuk mengetahui lama proses persalinan, kala 1 pada primi terjadi selama 13 jam, multi terjadi selama 8 jam. Kala II pada primi terjadi selama 2 jam dan mult terjadi selama 1 jam, sehingga apabila terdapat komplikasi pada bayi dapat diketahui penyebab yang mungkin berasal dari lama persalinan
§ Ketuban pecah:
- Spontan/Amniotomi :
- Lamanya : < 12 jam
Rasional : hal ini untuk mengetahui, apabila ibu dengan riwayat pecah ketuban lebih dari 12 jam sebelum bayi lahir dapat memberikan informasi mengenai diagnosa dan rencana asuhan berikutnya
- Warna : putih keruh
Rasional: warna ketuban bila hijau bercampur mekonium waspadai terjadi aspirasi mekonium pada saat intrapartum dan mekonium pada air ketuban menunjukan adanya gawat janin saat intrapartum
- Bau/tidak : tidak bau
Rasional: bau atau tidak menunjukan adanya infeksi intra uterin
- Jumlah : 500ml-2000ml
Rasional: < 500 ml oligohidramnion yang dapat disebabkan karena kelainan sistem saluran kemih (kelainan ginjal dan obstruksi uretra) dan kelainan kromosom (triploidi, trisomi 18 dan 13). Komplikasi yang sering terjadi Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat dan aspirasi mekonium pada masa intrapartum dan kematian janin.
> 2000 ml dapat terjadi akibat kelainan kongenital seperti obstruksi traktur gastrointestinal bagian atas, diabetes melitus, janin besar, kehamilan kembar, komplikasi yang sering terjadi malpresentasi, ketubah pecah, prolaps tali pusat, persalinan preterm.
§ Komplikasi persalinan:
- Ibu : tidak ada
- Bayi : tidak ada
Rasional : hal ini untuk mengidentifikasi riwayat persalinan yang berefek kepada bayi setelah lahir.
§ Keadaan bayi baru lahir
Nilai Apgar :
Rasional: untuk melihat keadaan bayi baru lahir tetapi bukan untuk menentukan apakah perlu resusitasi.
Jumlah
0-6:
7-8:
9-10:

Menit Tanda 0 1 2 Jumlah
ke 1 - Frekuensi jantung
- Usaha bernafas
- Tonus otot
- Refleks
- Warna
( ) tak ada
( ) tak ada
( ) lumpuh
( ) tak bereaksi
( ) biru/pucat
( ) < 100
( ) lambat tak teratur
( ) ext. Fleksi sedikit
( ) gerakan sedikit
( ) tubuh kemerahan, tangan kaki biru
( ) > 100
( ) menangis kuat
( ) gerakan aktif
( ) menangis
( ) kemerahan
ke 5 - Frekuensi jantung
- Usaha bernafas
- Tonus otot
- Refleks
- Warna
( ) tak ada
( ) tak ada
( ) lumpuh
( ) tak bereaksi
( ) biru/pucat
( ) < 100
( ) lambat tak teratur
( ) ext. Fleksi sedikit
( ) gerakan sedikit
( ) tubuh kemerahan, tangan kaki biru
( ) > 100
( ) menangis kuat
( ) gerakan aktif
( ) menangis
( ) kemerahan
§ Resusitasi:
Rasional: hal ini untuk mempertimbangkan keadaan lebih lanjut.
Ketahui tanda-tanda kesulitan bernafas (seperti pernafasan cuping hidung, gambaran naik-turun dada, merintih, sianosis )
Penghisapan lendir : Rangsangan:
Ambu : Lamanya :
Massage Jantung : Lamanya :
Intubasi Endotrakeal:
Oksigen:
5. Data Fungsi Kesehatan
a) Pola nutrisi
Setelah bayi lahir segera diberikan pada ibunya untuk IMD, apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum untuk hari pertama 40-60 cc per kg BB. Selanjutnya ditambah 30cc/kg BB untuk hari berikutnya.
b) Pola eliminasi
untuk mendeteksi apakah bayi sudah meconium dan miksi setelah lahir. Bayi harus sudah defeasi untuk pertama kali maksimal 48 jam setelah kelahiran, dan harus sudah miksi 24 jam setelah kelahiran (Varney,2008).
c) Istirahat
untuk mendeteksi tahap transisi bayi karena, tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam setelah lahir bayi tidur.(varney,2008).
d) Aktivitas: untuk mendeteksi aktivitas bayi yang dapat mendeteksi integritas system saraf pada bayi, dan keadaan abnormal pada bayi (varney,2008).
6. Riwayat psikososial
Untuk mendeteksi apakah kelahiran bayi diterima atau tidak oleh keluarga, hal tersebut berpengaruh terhadap perlakuan terhadap bayi oleh ibu dan keluarga (Varney,2008)

B. Data Obyektif
1) Keadaan umum
Bagaimana kemampuan menghisap bayi, warna kulit, gerakan dan tangisan bayi.
2) Tanda-tanda vital
1. Tingkat pernapasan
Bayi yang baru lahir umumnya bernapas antara 40-60x/menit, dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik turun perutnya, bayi dalam keadaan tenang.
2. Detak jantung
Jantung BBL normalnya berdetak antara 120-160 x/menitdengan menggunakan stetoskop dapat didengar dengan jelas di telinga.
3. Suhu tubuh
Suhu tubuh BBL normalnya 36,5-37,5°C diukur di daerah ketiak bayi selama 15 menit dengan menggunakan thermometer.
3) Pemeriksaan antopometri
1. Berat
Untuk bayi wanita 3,4 kg dan pria 3,5 kg. berat bayi normal antara > 2500 gr sampai < 4000 gr.
2. Panjang
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. panjang bayi normal diantara >45 cm sampai < 55 cm. bila panjang bayi yang kurang/melebihi panjang bayi normal maka dicurigai adanya penyimpangan kromosom.
3. Ukuran kepala janin
1. Diameter occipito frontalis : 12 cm
2. Diameter mento occipitalis : 13,5 cm
3. Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm
4. Diameter Biporietalis : 9,25 cm
5. Diameter bitemporalis : 8 cm
Ukuran sirkumferensia :
1. Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm
2. Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
3. Cirkumferensia sub occipito bregmantika : 32 cm
4) Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu-satu, jumlah bervariasi. Kadang terdapat kaput suksedaneum: bisa memperlihatkan adanya ekimosis
Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir seperempat panjang tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam rahim.
Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0 cm. Fontanel posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel harus datar, lunak dan padat.
Sutura: teraba dan tidak menyatu
2 Telinga
Untuk memeriksa telinga bayi tataplah mukanya.Bayangkan sebuah garis melintas kedua matanya,normalnya beberapa bagian telinga harus berada di garis ini.
3 Mata
Lihat kedua mata bayi apakah kedua mata tampak normal dan apakah bergerak bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi. Jika disinari, kedua mata mengecil berarti dalam keadaan normal. Selanjutnya lihat sclera dan konjungtivanya. Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola mata ukuran sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan, refleks pupil sebagai respo terhadap cahaya, reflek berkedip sebagai respon terhadap cahaya atau sentuhan. Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan dapat melihat kearah garis tengah.
4 Hidung dan mulut
Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan lancar tanpa hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langit-langit dengan cara menekan sedikit pipi bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukkan jari tangan anda untuk merasakan hisapan bayi.
5 Leher
Periksa leher apakah ada pembengkakan dan benjolan. Pastikan untuk melihat apakah kelenjar thyroid bengkak,hal ini merupakan suatu masalah pada BBL.
6 Dada
Yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi napas dan bunyi jantung. Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut sinkron dengan pernapasan. Putting susu menonjol dan simetris, nodul payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan
7 Bahu, lengan dan tangan
Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak kemudian menghitung jumlah jari.
8 Perut
Pada perut yang diperhatikan adalah bentuk dari perut bayi,lingkar perut, penonjolan sekitar tali pusat ketika bayi menangis, perdarahan pada tali pusat, dinding perut lembek pada saat bayi tidak menangis dan benjolan yang terlihat pada perut bayi.
9 Alat kelamin
Pada bayi laki-laki yang harus diperiksa adalah normalnya dua testis dalam skrotum kemudian apakah pada ujung penis terdapat lubang. Pada bayi perempuan yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora dan minora, pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan terdapat klitoris.
10 Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan adalah verniks, warna,pembengkakan atau bercak-bercak hitam dan kemerahan seperti tanda lahir.
11 Punggung dan anus
Lihat punggung apakah terdapat kelainan atau benjolan,apakah anus berlubang atau tidak.
12 Tungkai dan kaki
Yang perlu diperiksa adalah gerakan kaki, bentuk simetris kaki, panjang kedua kaki dan jumlah jari pada kaki.
5) Pemeriksaan neurologis
1. Reflek moro/reflek terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak khususnya dengan jari dan tanagn maka akan menimbulkan gerak terkejut
2. Reflek menggenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka bayi akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
3. Reflek rooting/mencari
Apabila pipi bayi disentuh dengan jari maka ia akan menolehkan kepalanya mencari sentuhan itu.
4. Reflek menghisap/sucking refleks
Apabila bayi diberi dot atau putting susu di mulutnya maka ia akan berusaha menghisap.
6). Pemeriksaan penunjang
Adakah pemeriksaan yang dapat menunjang hasil pemeriksaan misalnya pemeriksaan laboratorium/fotografi.

2. 2 .2 Interpretasi Data Dasar
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada pasien.
Dx : bayi baru lahir normal, hari ke..../ jam ke.....
DS : diperoleh dari keterangan dan keluhan dari ibu atau keluarga bayi langsung.
DO : diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke diagnosa.
Masalah : yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien
Kebutuhan : misalnya : Pencegahan kehilangan panas, pencegahan infeksi, perawatan tali pusat, pemberian ASI, profilaksis perdarahan pada BBL, pemberian imunisasi hepatitis B

2. 2 .3 Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.

2. 2 .4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.

2. 2 .5 Intervensi
Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada klien sesuai dengan diagnosa/masalah.
1). Informasikan hasil pemeriksaan
R/ keluarga lebih kooperatif
2) Bebaskan jalan nafas
R/ bayi dapat menangis dengan kuat.
3) Hangatkan bayi dengan cara membungkus bayi setelah dibersihkan dan diletakkan di tempat yang hangat.
R/ Bayi tidak hipotermi.
4) Bungkus tali pusat dengan kassa steril.
R/ Tali pusat bayi cepat kering dan bersih.
5) Berikan injeksi vitamin K
R/ Mencegah terjadinya perdarahan pada bayi.
6). Berikan salep mata
R/ Tidak ada infeksi pada mata bayi.
7). Berikan bayi pada ibu untuk diberikan ASI
R/ Bayi dapat menetek dengan baik, memberikan nutrisi yang sesuai untuk bayi
8). Berikan injeksi HB uniject secara IM setelah 2 jam
R/ Bayi terlindungi dari penyakit hepatitis B.
9). Observasi keadaan bayi dan tanda-tanda bahaya (hipotermi, asfiksi, tanda-tanda infeksi)
R/ Tanda-tanda gawat bayi dapat segera teratasi.

2. 2 .6 Implementasi
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan

2. 2 .7 Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak.
Pendokumentasian menggunakan SOAP.
S : Data diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung
O : Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara keseluruhan.
A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.


DAFTAR PUSTAKA

Fraser, Diane. 2009. Myles Textbook for Midwives. Edisi 14. Alih bahasa: Sri Rahayu. Jakarta : EGC.
Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus. Alih bahasa : Kuncara. Jakarta : EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Badan Penerbit IDAI, Jakarta
JNPK-KR/POGI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO, Jakarta.
Johnson, Derek I. 2008. Dasar-Dasar Pediatri. Edisi 3. Alih bahasa : Hartono Gunadi. Jakarta : EGC.
Kautsar, Ummu. 2013. Bayi Baru Lahir Normal. Diakses tanggal 29 Desember 2013. http://ummukautsar.wordpress.com/2013/01/20/bayi-baru-lahir-bbl-normal/
Kosim, M. Soleh. 2012. Perilaku Bayi Baru Lahir dalam Neonatologi, IDAI. Jakarta.
Ladewig, Patricia W, 2009 Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir, alih bahasa Samiyatun, edisi 5, EGC, Jakarta
Manuaba, Ide Bagus. 2003. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Peni Susantri, R. 2007. Di jawa timur angka kematian bayi masih tinggi. Diakses dari www.pdiperjuangan-jatim.org
Prabu, Satria. 2011. Bayi Baru Lahir Fisiologis. Diakses tanggal 24 Desember 2013. http://www.scribd.com/doc/60178537/Lp-Bbl-Normal
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : JNPKKR-POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pusdiknakes, Depkes RI. 2004. Askep Perinatal. Jakarta: Depkes.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : YBPSP
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Seksi gizi. 2009. Inisiasi Menyusu Dini. Diakses dari www.dinkes-kulonprogo.com
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan Ibu - Bayi Baru Lahir. Edisi 3. Alih bahasa : Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC.
Suradi, 2012. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir dalam Neonatologi. IDAI. Jakarta.
Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Gulardi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Alih bahasa : Agus Sutarna. Jakarta : EGC.
Share:  

0 comments:

Post a Comment