Saturday, 19 March 2016

SAP Perawatan Nifas


SATUAN ACARA PENYULUHAN 

PERAWATAN NIFAS 


Pokok Bahasan : Perawatan Nifas
Hari/tanggal : Rabu/28 September 
Waktu Pertemuan : 35 menit
Tempat : Di VK-IRD RSUD Dr Soetomo Surabaya
Sasaran : Ibu nifas di VK-IRD RSUD Dr Soetomo Surabaya
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan diharapkan pasien mengerti dan mampu melakukan perawatan pada ibu nifas dirumah.
2. Tujuan khusus

Thursday, 17 March 2016

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Komplikasi HELLP Syndrome

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan suatu negara. Keadaan ibu maternal di Indonesia masih memprihatinkan. Kematian ibu makternal masih tinggi yaitu 228/100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbanyak kematian maternal adalah perdarahan, preeklampsi, dan infeksi (www.datastatistik-indonesia.com, 2007).
Di Indonesia, preeklampsia terjadi pada 14% kehamilan. Kira-kira 85% preeklampsi terjadi pada kehamilan pertama. Pada preeklampsia dijumpai HELLP syndrome yang mempengaruhi sekitar 2% sampai 12% PEB, dengan angka mortalitas 2% sampai 24%. Insiden paling tinggi terdapat pada ibu multipara, berusia lanjut. Sedangkan di RSU Haji sendiri, dari seluruh kasus kegawatdaruratan obstetric, PEB menduduki peringkat ke-6 dari 10 kasus kegawatdaruratan. Tahun 2011 kejadian PEB di RSU Haji Surabaya sebanyak 61 kasus dari 2.368 persalinan.

Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Tubektomi (MOW)


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Angka kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara sangat ditentukan dari jumlah penduduk yang ada dalam negara tersebut. Semakin banyak jumlah suatu penduduk, maka permasalahan-permasalahan yang dialami pun akan lebih konpleks, dan jika tidak diimbangi dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang baik, maka akan sulit bagi negara tersebut untuk maju dan berkembang. Demikian pula yang terjadi di Indonesia, meski Indonesia memiliki wilayah yang luas dan Sumber Daya Alam yang melimpah, namun jika tidak ditunjang dengan SDM yang berkualitas, maka hal itu akan membuat Indonesia sulit berkembang, selain itu, persebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan ketidak harmonisan kemajuan suatu wilayah (Sudibyo, 2011).
Berdasarkan sensus tahun 2010 diketahui bahwa pertumbuhan penduduk melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun, dan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 telah bertambah menjadi 241 juta jiwa lebih (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012)

Asuhan Kebidanan pada Anak dengan Hidrocephalus


BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Hidrocephalus merupakan pembesaran abnormal dari ventrikel otak yang disebabkan oleh peningkatan gradient tekanan antara cairan intraventrikal dan otak. Hidrocephalus pada masa neonatus hamper selalu berasal dari konginetal dan dapat berkaitan dengan meningomielokel. Pada bayi yang lebih tua dan anak-anak hal ini dapat terjadi setelah meningitis tetapi pada beberapa kasus tidak terdapat riwayat infeksi demikian pula tidak ada suatu kelainan anatomis yang nyata.

Wednesday, 16 March 2016

Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Myoma Uteri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Myoma kadang-kadang disebut juga fibroid atau lemiomata adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. Umumnya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau kelima dari kehidupan.
Myoma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertil, bisa terjadi sebagai akibat keguguran spontan, berulang atau tertutupnya bagian tuba yang berbeda di dalam rahim. Komplikasi kehamilan bias berbentuk persalinan premature, abortus, solutio plasenta dan distocia fibroid bias tumbuh cepat dalam masa hamil dan mengalami infark. Sebuah fibroid yang mengalami infark dapat menimbulkan rasa nyeri dan bias merupakan sebuah komplikasi kehamilan yang sangat sulit menanganinya.

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan DMG (Diabetes Mellitus Gestasional)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut penelitian epidemiologi tahun delapan puluhan di berbagai kota di Indonesia, prevalensi diabetes berkisar antara 1,5 s.d. 2,3%. Hasil penelitian epidemiologis berikutnya tahun 1993 di Jakarta membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 di Depok, daerah sub-urban di selatan Jakarta, menjadi 12,8% (Sastro Asmoro, 2009).
Penelitian terakhir oleh Litbang Depkes di seluruh provinsi Indonesia yang hasilnya dikeluarkan bulan Desember 2008 menunjukkan bahwa prevalensi DM secara nasional tahun 2007 adalah 5,7 % (1,5 % terdiri dari pasien diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru ketahuan diabetes saat penelitian) (Soegondo S., 2009).

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Down Syndrome

BAB I

PENDAHULUAN


1. 1 Latar Belakang

Down Sindrom (mongoloid) adalah suatu kondisi di mana materi genetik tambahan menyebabkan keterlambatan perkembangan anak, dan kadang mengacu pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada kromosom nomor 21 yang tidak terdiri dari 2 kromosom sebagaimana mestinya, melainkan tiga kromosom (trisomi 21) sehingga informasi genetika menjadi terganggu dan anak juga mengalami penyimpangan fisik. Dahulu orang-orang dengan down sindrom ini disebut sebagai penderita mongolisme atau mongol. Istilah ini muncul karena penderita ini mirip dengan orang-orang Asia (oriental) karena matanya yang khas, tetapi sekarang istilah ini sudah tidak digunakan lagi karena dapat menyinggung perasaan suatu bangsa.
Perkembangan yang lambat merupakan ciri utama pada anak down sindrom. Baik perkembangan fisik maupun mental. Hal ini yang menyebabkan keluarga sulit untuk menerima keadaan anak dengan down sindrom. Setiap keluarga menunjukkan reaksi yang berbeda-beda terhadap berita bahwa anggota keluarga mereka menderita down sindrom, sebagian besar memiliki perasaan yang hampir sama yaitu: sedih, rasa tak percaya, menolak, marah, perasaan tidak mampu dan juga perasaan bersalah (Selikowitz, 2001). Untuk dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak dengan Down Sindrom, keluarga diharapkan untuk selalu memberikan dukungan sosial kepada anak tersebut. Dukungan sosial berfokus pada sifat interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.
,

Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Adnexitis

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi.

A Cervical Screening Test

 3 Cara Skrining Kanker Serviks


Upaya preventif terhadap kanker serviks bisa dilakukan melalui skrining kanker ini. Skrining kanker serviks bisa dilakukan dengan tiga cara.

Tuesday, 15 March 2016

,

Jurnal Hubungan Obesitas dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA

STUDI KASUS DI RS BANTUAN 05.08.05 SURABAYA

 
Anindya DR1, Budi Utomo2, Budi Wicaksono3, Eighty Mardiyan Kurniawati4
1. Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia
2. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia
3. Departemen SMF Obstetri Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Indonesia
4. Departemen SMF Obstetri Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Indonesia
Alamat korespondensi:
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRACT
Background. Obesity is an emerging endemic throughout the world, includes in developing countries. The prevalence of obesity in Indonesia for adult women (> 18 years) is 32.9%, it was increase 18.1% from 2007 (13.9%) and 17.5% from 2010 (15.5%) (Riskesdas, 2013). Obesity can increase morbidity and mortality. Boyle (2009) said that nutrition affects wound healing and obesity may inhibit wound healing. The purpose of this study was to determine the relationship of obesity with wound healing post sectio caesarea.

Hubungan antara Obesitas dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kelebihan lemak tubuh atau obesitas saat ini merupakan sebuah epidemi yang muncul di seluruh dunia termasuk di negara yang sedang berkembang. Defisiensi nutrisi seperti Protein Energy Malnutrition (PEM), anemia, defisiensi vitamin dan mikronutrien adalah masalah nutrisi yang lebih diprioritaskan di Indonesia, namun kelebihan dan ketidakseimbangan asupan gizi yang berhubungan dengan pola hidup sedentary kini perlu diperhatikan karena meningkatnya angka kelebihan berat badan dan obesitas (Atmarita, 2005). Angka kejadian obesitas yang diteliti oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada tahun 2004 pada wanita di Indonesia meningkat dari tahun 1998 sebesar 11,02% dari 5,9% (Kartikawati, 2013). Prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi obesitas terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan prevalensi obesitas tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (19,5%) (Riskesdas, 2013).
,

Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Postpartum

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Setelah kelahiran bayi dan keluarnya plasenta, ibu memasuki masa penyembuhan fisik dan psikologis yang disebut dengan masa nifas. Masa nifas dimulai sesaat setelah keluarnya plasenta dan selaput janin serta berlanjut hingga 6 minggu (Fraser, 2009). Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan. Masa nifas hari pertama merupakan masa kritis yang rentan sekali terjadi perdarahan, karena kontraksi uterus yang lemah akibat berkurangnya kadar oksitosin yang disekresi oleh kelenjar hipopise posterior (Grahacendikia, 2009).
Saat ini pemerintah sedang menggalakkan program pemberian ASI secara eksklusif yang pelaksanaannya dengan cara menyusui sedini mungkin yaitu ±30 menit setelah persalinan (Depkes, 2001). Namun pelaksanaan menyusui dini masih sering diabaikan, banyak yang tidak menyadari betapa pentingnya memberikan ASI pada bayi segera setelah dilahirkan (Rosita, 2008). Peningkatan pengguna ASI telah menjadi global action dari beberapa negara di dunia sejak adanya pertemuan di Italy (Innocenti Declaration on The Protection, Promotion and Support of Breast Feeding, 1990).

Monday, 14 March 2016

SAP Pap Smear dan IVA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PAP SMEAR DAN IVA

 
Pokok Bahasan   : Pemeriksaan Pap Smear dan IVA
Hari/Tanggal/Jam : Minggu, 28 Juni 2015 jam 09.00 WIB
Tempat                : Rumah ibu Yayuk, RT 4 RW 4 Kelurahan Jemurwonosari
Waktu                 : 35 menit 

I. Latar Belakang
Untuk menghindari penyakit kanker di wilayah rahim, sebagian besar dokter ahli kandungan menyarankan agar wanita melakukan pap smear secara teratur setahun sekali. Cara itu bisa mendeteksi kanker pada stadium awal sehingga proses penyembuhan bisa dilakukan. Dari semua kanker yang menyerang wanita, hanya kanker serviks yang bisa dicegah dengan vaksinasi. Karena hanya kanker serviks yang disebabkan oleh virus HPV.

SAP Kehamilan Risiko Tinggi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

 
Pokok Bahasan : Kehamilan Resiko Tinggi
Sasaran             : Ibu-ibu hamil
Hari, tanggal      : Sabtu, 13 Juli 2013
Waktu               : Pukul 09.00 WIB - selesai
Tempat              : Puskesmas Krembangan Selatan

Tujuan             : Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan ibu hamil dapat menjelaskan tentang kehamilan resiko tinggi
Media              : Power point, leaflet
Metode            : Ceramah, tanya jawab
Materi              : Kehamilan resiko tinggi

,

Jadwal Imunisasi IDAI 2014


Imunisasi adalah upaya memberikan kekebalan aktif kepada seseorang dengan cara memberikan vaksin. dengan imunisasi, seseorang akan memiliki kekebalan terhadap penyakit. sebaliknya, bila tidak, akan mudah terkena penyakit infeksi berbahaya.
vaksin adalah produk biologis yang berasal dari virus, atau bakteri penyakit yang telah dilemahkan/dimatikan atau rekombinan, yang digunakan untuk menangkal penyakit. kehadiran vaksin dalam tubuh manusia akan mendorong reaksi perlawanan terhadap virus atau bakteri dari penyakit yang bersangkutan.

Sunday, 13 March 2016

, ,

Asuhan Kebidanan pada Neonatus Premature

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejak tahun 1961 WHO mengganti istilah prematur baby dengan low birth baby (bayi dengan berat lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. (Sarwono, 2007) 

Kalisifikasi bayi baru lahir :
Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi.
a. Preterm Infant atau bayi prematur, yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
b. Term Infant atau bayi cukup bulan (Maturelaterm), yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan lebih dari pada 37 – 42 minggu.
c. Post Term Infant atau bayi lebih bulan (Postrem/Postmature) yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
(Sarwono, 2007)
Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas. Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan masa kehamilan (berat badan terletak antara presentil ke-10 sampai presentil ke-90 pada intrature). Dismaturitas, yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin.

, ,

Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan PEB

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Preeklampsia adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu yang disertai dengan adanya oedema dan protein dalam urin. Pre eklampsia diperkirakan secara luas menyerang 3 - 5% kehamilan (Roberts & Cooper, 2001) atau satu dari sepuluh kehamilan (APEC, 2005a) dengan insiden preeklampsia berat mencapai 4% (Nelson Piercy, 2002). Sampai saat ini, menurut WHO, penyebab kematian ibu terbanyak adalah pre-eklamsia-eklamsia (28.76%), perdarahan (22.42%), infeksi (3.54%) dsb. Pada tahun 2008 ditemukan 4.940 (9,5%) kasus preeklampsia/eklampsia di Propinsi Jawa Timur dan 397 (12,3%) di Kota Surabaya (Laporan LB3 KIA Sie KIB Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2009).
Penyebab pre eklampsia saat ini masih belum jelas, banyak faktor yang diduga menyebabkan terjadinya preeklampsia, antara lain usia, paritas, kelainan vaskular plasenta, kelainan imunologik, genetik, defisiensi kalsium dan psikologi ibu seperti cemas, stress, panik hingga depresi, tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada organ-organ dalam. (Cunningham,2003)
PEB dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat, yaitu dengan penatalaksanaan yang tepat, sesuai dengan kasusnya. Bidan harus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menangani ibu hamil dan bersalin dengan PEB, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pertolongan persalinan dengan tindakan memberikan dampak kesakitan pada ibu dan bayi. Persalinan tindakan pervaginam dengan ektraksi vakum dan forsep serta tindakan perabdminal dengan sectio caesarea, dapat meningkatkan bahaya robekan jalan lahir dan perdarahan pasca persalinan yang merupakan faktor penyebab kematian ibu (Cunningham et al., 2006). Oleh karena itu, bidan selaku petugas kesehatan di tempat pelayanan harus mampu memberikan asuhan yang tepat sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu dapat diminimalkan baik pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas secara khusus dengan selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pelayanan kebidanan terhadap ibu dan anak.