SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI
Pokok Bahasan : Imunisasi Dasar Lengkap
Sasaran : Ibu postpartum dan keluarga
Hari / Tanggal : Selasa, 14 Oktober 2014
Alokasi waktu : 30 menit
Tempat : Ruang penyuluhan NICU Intermediate RSUD Dr.Soetomo Surabaya
1. TUJUAN
Tujuan Umum
Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang imunisasi, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan peserta mengenai pentingnya imunisasi dan dapat
memotivasi diri, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar untuk membawa bayinya ke pelayanan kesehatan terdekat guna mendapatkan imunisasi lengkap.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta penyuluhan dapat:
1). Menjelaskan pengertian imunisasi
2). Menjelaskan tujuan imunisasi.
3). Menjelaskan manfaat imunisasi.
4). Menjelaskan sasaran imunisasi.
5). Menjelaskan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi.
6). Menjelaskan jenis imunisasi.
7). Menjelaskan cara pemberian imunisasi.
8). Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.
9). Menjelaskan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
10). Menjelaskan Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan
11). Menyebutkan Tempat pelayanan imunisasi.
12). Menjelaskan Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi
2. MEDIA
1) LCD Proyektor
2) Leaflet
3. METODE
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
4. MATERI
Materi yang disampaikan pada peserta antara lain:
1). Pengertian imunisasi / vaksinasi
2). Tujuan imunisasi.
3). Manfaat imunisasi
4). Sasaran imunisasi.
5). Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
6). Jenis imunisasi.
7). Cara pemberian imunisasi.
8). Jadwal pemberian imunisasi.
9). Kejadian ikutan pasca imunisasi
10). Kapan imunisasi tidak boleh diberikan
11).Tempat pelayanan imunisasi.
12). Perawatan yang diberikan setelah imunisasi
(terlampir)
5. PENJABARAN TUGAS
Penyaji: Memberikan materi penyuluhan
Moderator: Mengatur jalannya acara penyuluhan
Fasilitator: Memfasilitasi jalannya penyuluhan
Observer: Mengobservasi susunan acara dan job description agar penyuluhan berlangsung lancar
Pembimbing: Memberikan bimbingan kepada mahasiswa sehingga acara penyuluhan berlangsung lancar
6. PENGORGANISASIAN
1) Moderator : Ayu MK
2) Penyaji : Alawiyah RD
3) Fasilitator : Petisa AS
4) Observer : Anindya DR
5) Pembimbing praktik : Peni Indrarini, S.Kep. Ns
6) Pembimbing pendidikan : Dhasih Afiat DP., S.Keb. Bd
7. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Kegiatan Peserta
|
Penanggung Jawab
|
Pembukaan
|
5 menit
|
- Memberi salam kepada peserta
- Memperkenalkan diri
- Menyampaikan tujuan
- Melakukan kontrak waktu
|
Mendengarkan pembukaan yang disampaikan oleh moderator
|
Ayu
Anindya
|
Pelaksanaan
|
15 menit
|
Penyampaian materi oleh penyaji serta menggali pengetahuan /pengalaman ibu mengenai :
- Pengertian imunisasi / vaksinasi
- Tujuan imunisasi.
- Manfaat imunisasi
- Sasaran imunisasi.
- Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
- Jenis imunisasi.
- Cara pemberian imunisasi.
- Jadwal pemberian imunisasi.
-
Kejadian ikutan pasca imunisasi
- Kapan imunisasi tidak boleh diberikan
- Tempat pelayanan imunisasi.
- Perawatan yang diberikan setelah imunisasi
|
Mendengarkan dan memberi umpan balik terhadap materi yang disampaikan
|
Alawiyah
Anindya
|
Evaluasi
|
5 menit
|
- Evaluasi hasil melalui sesi tanya jawab
|
- Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami
- Menjawab pertanyaan yang telah diajukan.
|
Ayu
Petisa
Anindya
|
Penutup
|
5 menit
|
- Menyampaikan kesimpulan
- Mengucapkan terimakasih atas partisipasi peserta
- Memberikan salam penutup
- Membagikan leaflet
|
Mendengarkan dan membalas salam
|
Ayu
Petisa
Anindya
|
8. EVALUASI
Evaluasi struktural
1) Peserta hadir di ruang penyuluhan NICU Intermediate RSUD Dr. Soetomo Suarabaya.
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi Program Studi Pendidikan Bidan Universitas Airlangga bekerja sama dengan
penanggung jawab ruang NICU intermediate RSUD Dr. Soetomo Suarabaya.
Evaluasi proses
1) Peserta mendengarkan dengan baik terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung.
3) Peserta terlihat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
4) Moderator, penyuluh, fasilitator, observer dan peserta mampu menjalankan fungsinya dan perannya dengan baik.
Evaluasi hasil
1) Peserta mampu memahami materi yang telah disampaikan dan dapat menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan.
2) Ada umpan balik positif peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyaji.
9. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas Imunisasi, Jakarta, (2007).
Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam Rangka Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta,
2008.
Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta, 2008.
MATERI PENYULUHAN IMUNISASI
1.
Pengertian
Imunisasi adalah upaya memberikan kekebalan aktif kepada seseorang dengan cara memberikan vaksin. dengan imunisasi, seseorang akan memiliki
kekebalan terhadap penyakit. sebaliknya, bila tidak, akan mudah terkena penyakit infeksi berbahaya.
vaksin adalah produk biologis yang berasal dari virus, atau bakteri penyakit yang telah dilemahkan/dimatikan atau rekombinan, yang digunakan untuk
menangkal penyakit. kehadiran vaksin dalam tubuh manusia akan mendorong reaksi perlawanan terhadap virus atau bakteri dari penyakit yang
bersangkutan.
2. Tujuan
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit :
a. Poliomyelitis (kelumpuhan).
b. Campak (measles)
c. Difteri (indrak)
d. Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari)
e. Tetanus
f. Tuberculosis (TBC)
g. Hepatitis B
Dan untuk mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit.
3. Manfaat
a. Manfaat untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Manfaat untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani
masa kanak-kanak dengan aman.
c. Manfaat untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia
diantara segenap bangsa didunia.
4. Sasaran Imunisasi
1) Bayi 0 - 9 bulan untuk imunisasi BCG, polio, DPT, HB, dan campak.
2) Anak SD kelas I untuk imunisasi DT.
3) Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.
5. PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
1)
Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae . Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan
pernapasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih
kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian.
2) Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek , mata merah, bersin,
demam dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah pneumania bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
3) Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang,
tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam . Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terldapat juga gejata berhenti menetek (sucking) antara 3 s/d 28 hari setelah
lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan
infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
4) Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernapasan lewat
bersin atau batuk. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya
adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah.gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan
kelemahan dan kematian.
5) Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit
adalah demam, bercak kemarahan , batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah).Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ketubuh
dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia).
6) Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan , yaitu virus polio type 1,2 atau 3. Secara
klinis penyakit polio adalah Anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis=AFP) . Penyebaran
penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada
minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
7) Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui
suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan , melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan
gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning
bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan
menimbulkan kematian.
6. Vaksin Imunisasi
1) Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.
BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak
berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani
pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian
benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya
sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang
dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
- Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
- Limfadenitis supurativa , terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
2) Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah
suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi
bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang
serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak
kurang dari 4 minggu.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut
terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:
- Demam tinggi (lebih dari 40,50 Celsius)
- Kejang
- Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
- syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami
kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2
hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi
nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres
hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
3) Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
- IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
-
OPV
(Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
- Diare berat
- Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
- Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu
dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang
dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin,
tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV,
leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran,
terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda
sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa
hari.
4) Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan
dan diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
- infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius
- gangguan sistem kekebalan
- pemakaian obat imunosupresan
- alergi terhadap protein telur
- hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
- wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
5) Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Kemasannya berupa PID (Previl Injection Device). 1 buah PID mengandung 1 dosis pemakaian yaitu 0,5 ml, dosis diberikan pada umur 0-7 hari secara
intramuskular di paha. DPT-HB/DPT combo vaksin ini mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan
pertusis yang diinaktifkan serta vaksin hepatitis B. untuk pemberian kekebalan aktif terhadap difteri pertusis, tatanus dan hepatitis B. Kemasan
berbentuk vial warna vaksin putih keruh. Pemberian secara intramuskular dosis 0.5 ml diberikan 4 kali dengan interval 4 minggu pada umur 2 bulan.
Vaksin Hepatitis B pertama kali HB-1<7 diberikan segera saat lahir, diberikan sebelum bayi berusia 7 hari setelah si kecil lahir. Sedang vaksin
HB COMBO-1 diberikan pada usia 2 bulan. Vaksin HB COMBO-2 diberikan pada usia 3 bulan, dan vaksin HB COMBO-3 diberikan pada usia 4 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG ( hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan,
dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
7.
Cara Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat diberikan secara suntikan maupun diteteskan ke dalam mulut.
1) BCG : dengan suntikan di bawah kulit pada lengan kanan atas.
2) DPT : suntikan ke dalam otot di pangkal paha.
3) Campak : suntikan ke bawah kulit di lengan kiri atas.
4) Hep. B : suntikan ke dalam otot di pangkal paha.
5) Polio : diberikan dengan diteteskan ke dalam mulut
8. Jadwal pemberian Lima Imunisasi Dasar Lengkap
Kelima jenis imunisasi yang harus diperoleh anak, yaitu:
· BCG diberikan 1 kali (pada usia 1-3 bulan)
· DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
· Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
· Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
· Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
(IDAI, 2014)
9. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya.
Pada umumnya makin cepat KIPI terjadi makin cepat gejalanya.
Reaksi KIPI
|
Gejala KIPI
|
Lokal
|
Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis
Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis
|
SSP
|
Kelumpuhan akut
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang
|
Lain-lain
|
Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema
Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Demam tinggi >38,5°C
Episode hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Menangis menjerit yang terus menerus (3jam)
Sindrom syok septik
|
Dikutip dari RT Chen, 1999
Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi
beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya
setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit untuk menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap
sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis.
Jenis Vaksin
|
Gejala Klinis KIPI
|
Saat timbul KIPI
|
Toksoid Tetanus (DPT, DT, TT)
|
Syok anafilaksis
Neuritis brakhial
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
|
4 jam
2-18 hari
tidak tercatat
|
Pertusis whole cell (DPwT)
|
Syok anafilaksis
Ensefalopati
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
|
4 jam
72 jam
tidak tercatat
|
Campak
|
Syok anafilaksis
Ensefalopati
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Trombositopenia
Klinis campak pada resipien imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
|
4 jam
5-15 hari
tidak tercatat
7-30 hari
6 bulan
tidak tercatat
|
Polio hidup (OPV)
|
Polio paralisis
Polio paralisis pada resipien imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
|
30 hari
6 bulan
|
Hepatitis B
|
Syok anafilaksis
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
|
4 jam
tidak tercatat
|
BCG
|
BCG-itis
|
4-6 minggu
|
10. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan
Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :
1) BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas tinggi.
2) DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
3) Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
4) Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.
11. Tempat pelayanan imunisasi
Pelayanan imunisasi dapat diperoleh pada :
1) Posyandu
2) Puskesmas
3) Bidan / dokter praktek
4) Rumah bersalin
5) Rumah sakit
12 Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi
1) BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke puskesmas;
2) DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kempres dingin.
3) Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
0 comments:
Post a Comment