Saturday 12 March 2016

SAP Kista

SATUAN ACARA PENYULUHAN KISTA OVARIUM



Topik : Kista Ovarium
Peserta : Pasien Poli Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan keluarga
Tempat : Ruang Tunggu Pasien Poli Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari/Tanggal : / April 2015
Waktu Pertemuan : 30 menit

1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan, peserta diharapkan mengetahui tentang kista ovarium.


2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Peserta mengetahui tentang pengertian kista ovarium
b. Peserta mengetahui tentang etiologi kista ovarium.
c. Peserta mengetahui tentang faktor resiko kista ovarium.
d. Peserta mengetahui tentang tanda dan gejala kista ovarium.
e. Peserta mengetahui tentang diagnosis kista ovarium.
f. Peserta mengetahui tentang komplikasi diagnosis kista ovarium.
g. Peserta mengetahui tentang pencegahan kista ovarium.
h. Peserta mengetahui tentang penatalaksanaan kista ovarium.

3. Sasaran : Pasien Poli Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan keluarga

4. Materi
Terlampir

5. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Metode ceramah dipadukan dengan metode diskusi dan tanya jawab yang dimaksudkan untuk memotivasi minat dan keterlibatan peserta penyuluhan.

6. Media
a. Flip Chart
b. Leaflet

7. Kegiatan Penyuluhan
No.
Waktu
Kegiatan Fasilitator
Kegiatan Peserta
1.
3 menit Pembukaan:
1. Memberi salam.
2. Perkenalan dan kontrak waktu.
3. Menyampaikan tujuan penyuluhan.
4. Menyampaikan ruang lingkup materi yang akan disampaikan dan metode yang akan digunakan.
5. Memotivasi peserta dengan menekankan pentingnya materi ini untuk dipahami.
Peserta menperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh fasilitator dan aktif mengemukakan pendapat.
2.
15 menit Pelaksanaan:
1. Menggali pengetahuan ibu tentang kista ovarium.
2. Menjelaskan tentang pengertian kista ovarium.
3. Menyebutkan penyebab kista ovarium.
4. Menyebutkan tanda dan gejala kista ovarium.
5. Menjelaskan tentang pencegahan kista ovarium.
6. Menjelaskan yang harus dilakukan/ penatalaksanaan kista ovarium.
7. Menjelaskan tentang komplikasi kista ovarium.
Peserta memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh fasilitator.
3.
10 menit Evaluasi:
Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi yang telah diberikan, dan reinforcement kepada ibu yang dapat menjawab pertanyaan.
§ Peserta aktif bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat.
§ Peserta menjawab dan menanggapi pertanyaan fasilitator.
4.
2 menit Terminasi:
1. Mengucapkan terima kasih atas peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam penutup.
3. Membagikan leaflet.
Peserta mendengarkan dan menjawab salam.

8. Pengorganisasian
Pembimbing : Ernawati, S.Kep.,Ns
K. Kasiati, S.Pd, M.Kes
Penyaji : Mahasiswi Profesi PSPB FK UNAIR 2014

9. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan minimal 10 orang.
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu pasien poli kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan selama penyuluhan.
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan fasilitator menjawab pertanyaan dengan benar.
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta dapat menyebutkan pengertian, penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala, penatalaksanaan, serta pencegahan kista ovarium.
2) Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 10 pasien.
d. Antisipasi Masalah
1) Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan), fasilitator dapat menstimulasi dengan car berdialog dengan pemberi materi dalam membahas apa yang sedang diberikan.
2) Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya dilakukan konfirmasi dengan anggota pengorganisasian lainnya.

1. Sumber Referensi
a. CancerHelp. 2012. Kista ovarium. http://www.cancerhelps.com/kista.html. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012.
b. Dewata, L. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Surabaya: RSUD dr. Soetomo Surabaya.
c. Husodo, Lukito, 2005. Ilmu Kandungan; Prinsip-Prinsip Pembedahan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
d. Joedosapoetro, Soetomo. 2005. Ilmu Kandungan; Tumor Jinak Pada Alat-alat Genital. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
e. Lowdermilk, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care Seventh edition. Philadelphia: Mosby.
f. Manuaba, 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: TIM.
g. Nusratuddin, 2009. Kista Ovarium Dapat Menimbulkan Kemandulan. http://www.fajar.co.id. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012.
h. Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
i. Saifuddin, A.B.2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi cetakan pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
j. Sindroma Ovarium Polikistik. [online]. 2006. [cited 2007 Des. 12]. Available from: URL:http://www.medicastore.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012.
k. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan Edisi 2; Tumor Jinak Pada Alat Genital. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
l. Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC.



MATERI KISTA OVARIUM

1. Pengertian
Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, udara, nanah ataupun bahan-bahan lain.
Kista adalah kantong abnormal yang berisi cairan encer jernih, cairan kental, kuning, bisa berupa cairan darah berwarna coklat, dan bahkan kadangkala berisi rambut. Bila cairan dalam kantong kista bertambah maka kistapun akan membesar sehingga dinding kista menipis dan mudah pecah (Nusratuddin, 2009).
Kista ovarium adalah kantung kecil berisi cairan yang berkembang dalam ovarium (indung telur) wanita. Kebanyakan kista tidak berbahaya. Namun, beberapa dapat menimbulkan masalah, mulai dari nyeri haid, kista pecah, perdarahan, hingga penyakit serius, seperti: terlilitnya batang ovarium, gangguan kehamilan, infertilitas hingga kanker endometrium (CancerHelp, 2012).


Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita yang terletak di kedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan ukuran 1,5x2 cm. Organ ini berfungsi dalam proses pematangan ovum dan produksi hormon reproduksi (estrogen dan progesteron).
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga selama masa kehamilan.
Kista ovarium secara fungsional merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8 minggu. Kista ovarium adalah kista yang permukaannya rata, halus dan biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar (Joedosepoetro, 2005).
2. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari bahan-bahan yang bersifat karsinogen berupa zat kimia, polutan, hormonal dan lain-lain. Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi.
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
3. Faktor Risiko
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah wanita yang biasanya memiliki (CancerHelp, 2012):
a. Riwayat kista ovarium terdahulu
b. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen).
c. Siklus haid tidak teratur
d. Faktor genetik/keturunan
e. Riwayat kanker kolon/usus besar
f. Gangguan hormonal
g. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
h. Diet tinggi lemak
i. Merokok
j. Minum alkohol
k. Pengguna bedak talk perineal
l. Penderita hipotiroid
4. Tanda dan Gejala
Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 2009). Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara lain: perut terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera (Moore, 2010).
5. Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
6. Komplikasi
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahan dalam kista biasanya terjadi sedikit demi sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik yang minimal. Namun jika perdarahan terjadi secara masif, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
b. Putaran tangkai
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter >5 cm akan tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakkannya. Kehamilan dapat mempermudah terjadinya torsi karena pada kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat terjadi perubahan mendadak pada rongga perut.
Putaran tangkai juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang bersifat total. Karena vena lebih mudah tertekan, terjadi pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran tumor dan terjadi perdarahan dalam tumor. Jika putaran tangkai terjadi terus, maka dapat terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menimbulkan robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan, tumor dapat melekat pada omentum, yang dapat melepaskan diri dan menjadi tumor parasit.
c. Infeksi pada tumor
Hal ini terjadi jika di sekitar tumor ada sumber patogen. Kista dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, trauma (seperti jatuh), pukulan pada perut, dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika terjadi robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda abdomen akut. Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat menimbulkan suatu pseudomiksoma peritonii.
e. Perubahan keganasan
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid. Sehingga setelah sel-sel tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keganasan. Adanya metastasis dapat memperkuat diagnosis keganasan.
7. Pencegahan
Meski belum diketahui penyebab munculnya kista, tumor ini dapat dihindari dengan penerapan pola hidup yang sehat dan berkualitas, antara lain:
a. Makan-makanan yang bergizi, menghindari makanan yang mengandung bahan karsinogenik dan makanan tinggi lemak.
b. Olahraga secara teratur
c. Tidak merokok
d. Tidak minum minuman yang mengandung alkohol
e. Deteksi dini apabila muncul keluhan yang serupa dengan tanda dan gejala kista ovarium.
8. Penatalaksanaan
Pemilihan penatalaksanaan kistoma ovarium tergantung pada usia penderita, paritas, status kehamilan, ukuran tumor kistik, dan derajat keluhan. Tidak semua kistoma ovarium memerlukan terapi pembedahan. Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non-neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba ( Salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggung jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.


Share:  

0 comments:

Post a Comment