BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi
tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997
menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi penurunan angka satu persen saja,
jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar
237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009).
Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9
persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen). Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang
cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri
berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup,
jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan
keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap
metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda.
Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD
yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Maka perlu dilakukan upaya untuk lebih mempopulerkan kembali metode kontrasepsi IUD karena merupakan
kontrasepsi yang cost efektif, memiliki efektivitas yang tinggi, reversibel dan berjangka panjang, tidak perlu lagi mengingat kapan kontrol, tidak
mempengaruhi hubungan seksual dan tidak ada efek samping hormonal.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan kompetensi bidan di
Indonesia dan pendokumentasian menggunakan SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori Alat Kontrasepsi Dalam Rahim / IUD
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data obyektif pada akseptor KB IUD
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa aktual dan masalah pada akseptor KB IUD
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada akseptor KB IUD
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada akseptor KB IUD
6. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada akseptor KB IUD.
7. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang menyeluruh sesuai kebutuhan
8. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada akseptor KB IUD
1.3
Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan ini dilaksanakan di Poli KB/ Post Partum Rumkital Dr. Ramelan Surabaya tanggal 20 Oktober 2014 - 8 November 2014
1.4
S
istematika Penulisan
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar kehamilan dan asuhan kebidanan pada kehamilan.
BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data, diagnosis/ masalah, diagnosis potensial, tindakan segera, rencana tindakan dan rasional, pelaksanaan
rencana tindakan dan evaluasi ditulis dalam bentuk SOAP
BAB IV Membandingkan antara teori dengan kasus pada asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu yang menggunakan KB IUD
BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar AKDR/IUD
2.1.1
Pengertian AKDR
IUD/AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam
rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).
AKDR sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun misalnya CuT 380 A) (Safuddin, 2003).
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan
bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh
tenaga kesehatan (dokter/bidan terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini
dipasang pada saat haid atau segera 40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2003).
2.1.2
Jenis AKDR
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek
anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T
3. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm.
Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar,
small, dan mini
4. Lippes loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat dari bahan plastik.
Gambar 2.1 Jenis AKDR
Keterangan:
a. Lippes Loop
b. Saf-T-Coil
c. Dana-super
d. Copper T (Gyne T)
e. Copper 7(Gravigard)
f. Mutiload 375
g. Progestart
2.1.3
Cara Kerja AKDR
1. Tidak mempengaruhi ovuasi uterus, AKDR bukan pemicu aborsi. Akhir-akhir ini AKDR dipercaya menciptakan suatu lingkungan intrauterine yang spermisidal
2. AKDR yang tidak mengandung obat, bekerja atas dasar reaksi umum uterus terhadap benda asing. Hal ini merupakan respon radang steril namun cukup bersifat
spermisidal.
3. AKDR tembaga melepaskan tembaga dan garam tembaga bebas yang mempunyai pengaruh biokimiawi dan morfologi pada endometrium dan juga menyebabkan perubahan
mucus servik serta sekresi endometrium. AKDR tembaga dikaitkan dengan peningkatan respon radang yang ditandai oleh produksi peptide sitokin pada
endometrium.
4. AKDR pelepas progestin, menambah kerja progestin di endometrium pada reaksi benda asing. Endometrium menjadi terdesidualisasi dengan atrofi kelenjar.
AKDR progesterone memiliki 2 mekanisme kerja yaitu inhibisi implantasi dan inhibisi kapasitaso ketahanan hidup sperma. Akhirma AKDR progestin akan
mempertebal mucus servik, menjadi perintang bagi penetrasi sperma. AKDR ini mengurangi perdarahan haid dan dismenore (sperrof, 2003)
5. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubafalopi.
6. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
7. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
8. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur telur dalam uterus. (Saifuddin, 2003)
2.1.4
Keuntungan AKDR
- Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Sangat efektif : 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 halaman)
- AKDR sangat efektif segera setelah pemasangan.
- Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CU T 380A dan tidak perlu diganti).
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat.
- Tidak mempengaruhi hubungan sexual.
- Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
- Tidak ada efek samping hormonal dengan CU AKDR (CU T380A)
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
- Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
- Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
- Membantu mencegah kehamilan ektopik.
(Saifuddin, 2006)
2.1.5
Kerugian AKDR
- Efek samping yang umum terjadi :
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (Spotting) antar menstruasi.
4) Saat haid lebih sakit.
- Komplikasi lain :
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari pemasangan
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia.
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
- Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
- Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
- Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
- Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, hanya petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
- Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).
- Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
- Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagaian perempuan tidak mau melakukan ini. (Saifuddin, 2006)
2.1.6
Persyaratan Pemakaian AKDR
- Yang dapat menggunakan
1) Usia reproduktif.
2) Keadaan nulipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7) Risiko rendah dari IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal.
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya :
1) Perokok
2) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi.
3) Sedang memakai antibiotika atau antikejang.
4) Gemuk ataupun yang kurus.
5) Sedang menyusui.
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan AKDR :
1) Penderita tumor jinak payudara.
2) Pusing-pusing, sakit kepala.
3) Tekanan darah tinggi.
4) Varises di tungkai atau di vulva.
5) Pernah menderita stroke.
6) Penderita diabetes.
7) Penderita penyakit hati atau empedu.
8) Setelah kehamilan ektopik.
9) Setelah pembedahan perlvic.
(Saifuddin A. Bari, 2006)
- Kontraindikasi
1) Kontraindikasi mutlak
(1) Diketahui atau dicurigai hamil.
(2) Perdarahan pervaginam abnormal yang belum didiagnosis.
(3) Dicurigai mengidap keganasan saluran genital. AKDR dapat dipasang setelah dilakukan terapi loka untuk lesi dini serviks.
(4) IMS yang aktif atau baru terjadi (dalam 3 bulan terakhir)
(5) Rongga uterus yang mengalami distorsi hebat sehingga pemasangan/penempatan sulit dilakukan, misalnya : fibroid besar.
(6) Alergi terhadap tembaga.
2) Kontraindikasi relative
(1) Monoragia dan anemia
(2) Memiliki baanyak pasangan seksual. Apabila wanita memiliki hubungan yang baru atau tidak stabil, maka risiko PRP dan infertilisasi harus
dipertimbangkan terhadap kemampuan atau ketidakrelaan wanita tersebut untuk menggunakan metode lain dan risiko kehamilan yang tidak direncanakan.
(3) Baru mendapat terapi untuk infeksi panggul. Riwayat satu kali mengidap PRP yang sudah diterapi secara adekuat bukan merupakan kontraindikasi pemakaian
AKDR asalkan faktor risiko yang mempredisposisi infeksi panggul tidak ada lagi. Namun serangan PRP berulang harus dipandang sebagai kontraindikasi relative
yang kuat terhadap pemakaian AKDR. (Anna Glasier, 2005)
2.1.7
AKDR Post Plasenta
1. AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan. Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus
disadari oleh pasien; bila mau akan dapat dipasang lagi.
2. Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi, oleh karena itu diperlukan pelatihan
3. Kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah ketuban pecah lama, infeksi intrapartum, perdarahan postpartum
4. AKDR umumnya jenis Cu-T dimasukkan ke dalam fundus uteri dalam 10 menit setelah plasenta lahir. Penolong telah menjepit AKDR di ujung jari tengah dan
telunjuk yang selanjutnya menyusuri sampai ke fundus.
5. Pastikan bahwa AKDR diletakkan dengan benar di fundus. Tangan kiri penolong memegang fundus dan menekan ke bawah. Jangan lupa memotong benang AKDR
sepanjang 6 cm sebelum insersi
2.1.8
Pemantauan AKDR
Klien hendaknya diberikan pendidikan mengenai manfaat dan resiko AKDR. Bila terjadi ekspulsi AKDR dapat kembali dipasang. Pemeriksaan AKDR dapat dilakukan
setiap tahin atau bila ada keluhan seperti nyeri, perdarahan, demam dan sebagainya
Tabel 2.1 Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain
Efek samping/ permasalahan
|
Penanganan
|
Amenore | Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR. Lakukan konseling dan selidiki penyebab amenore apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan |
Kejang | Pastikan dan tegaskan adanya Penyakit Radang Panggul dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesic untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain |
Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur | Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvic dan kehamilan ektipok. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800mg 3x sehari dalam 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb < 7gr%) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantuah memilih metode lain yang sesuai |
Benang hilang | Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran endiserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuklah ke dokter, lakukan X-Ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menemukan metode baru |
Adanya pengeluaran cairan dari vagina/ dicurigai HPP | Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepsakan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai masalah teratasi |
2.1.9
Waktu penggunaan AKDR
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan wanita tersebut tidak hamil
2. Hari pertama sampai hari 7 siklus haid
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan;setelah 6 bulan apabila menggunakan mentode amenore laktasi.
Perlu diingat, angka ekpulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pascapersalinan
4. Setelah abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak, ada gejala infeksi
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
2.1.10
Petunjuk bagi klien
1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR
2. Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid
3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksakan keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:
(1) Kram/kejang di perut bagian bawah
(2) Perdarahan/spotting diantara haid atau setelah senggama
(3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan sexual
4. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginan
5. Kembali ke klinik apabila
(1) Tidak dapat meraba benang AKDR
(2) Merasakan bagian yang keras dari AKDR
(3) AKDR terlepas
(4) Siklus terganggu/meleset
(5) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
(6) Adanya infeksi
2.1.11
Informasi umum
1. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan
2. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa hari pertama
3. Kemungkinan terjadi spotting beberapa hari setelah pemasangan
4. Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak
5. AKDR mengkin dilepas setiap saat kehendak klien
6. Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan akan dilepas dan berikan kartu tentang semua informasi ini
7. AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS. Apabila pasangannya beresiko, mereka harus menggunakan kondom seperti halnya AKDR
2.1.12
Pemasangan dan pencabutan AKDR
Sebagian besar masalah dengan AKDR (ekspulsi, infeksi dan perforasi) disebabkan oleh pemasangan yang kurang tepat. Untukn mengurangi masalah yang timbul
setelah pemasangan AKDR semua tahap pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati dan lembut, dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi
1. Pencegahan infeksi
1) Pemasangan
Untuk mengurangi resiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari
infeksi dengan cara berikut
(1) Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan IMS
(2) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan
(3) Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genital sebelum melakukan pemeriksaan panggul
(4) Gunakan instrument dan pakai sepasang sarung tangan tang telah di DTT atau dapat menggunakan sarung tangan periksa sekali pakai
(5) Setelah memasukkan speculum dan memriksa serviks, usapkan larutan antiseptic beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai
tindakan
(6) Memasukkan AKDR dalam kemasan sterilnya
(7) Gunakan teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi kontaminasi kavum uteri
(8) Buang bahan-bahan terkontaminasi (kain kasa, kapas, sarung tangan sekali pakai) dengan benar
(9) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0.5 % setelah digunakan.
2) Pencabutan
(1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan
(2) Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genitalia sebelum melakukan pemriksaan panggul
(3) Gunakan instrument dan pakai sepasang sarung tangan DTT
(4) Usapkan larutan antiseptic beberapa kali secara merata pada servik dan vagina sebelum memulai tindakan
(5) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5 % setelah digunakan
2. Persiapan
1) Pemasangan AKDR
Peralatan dan instrument yang dianjurkan untuk pemasangan yaitu:
(1) Bivalve speculum
(2) Tenakulum
(3) Sonde uterus
(4) Forsep/korentang
(5) Gunting Sibol
(6) Mangkuk untuk larutan antiseptic
(7) Sarung tangan DTT
(8) Cairan antiseptic untuk membersihkan servik
(9) Kain kasa atau kapas
(10) Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks
(11) Copper T 380 A AKDR yang masih belum rusak dan terbuka
2) Pencabutan AKDR
Peralatan dan instrument yang dianjurkan untuk pelepasan yaitu:
(1) Bivalve speculum
(2) Forsep/korentang
(3) Mangkuk untuk larutan antiseptic
(4) Sarung tangan DTT
(5) Cairan antiseptic untuk membersihkan servik
(6) Kain kasa atau kapas
(7) Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks
3. Memasukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan steril
Jangan membuka kemasan steril yang berisi AKDR atau memasukkan lengannya sampai memastikan klien dapat dipasang AKDR (yaitu setelah selesai pemeriksaan
panggul, termasuk pemeriksaan speculum dan bimanual), jangan memasukkan lengan AKDR dalam tabung inserter lebih dari 5 menit sebelum dimasukkan ke dalam
uterus. (pada waktu memasukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya, tidak perlu memakai sarung tangan steril)
Langkah 1.
Pastikan batang AKDR selurihnya berada di dalam tabung inserter (sebagian batang AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun kemasannya belum dibuka)
dan ujung tabung inserter yang berlawanan dengan ujung yang berisi AKDR berada di dekat tempat membuka kemasan
Langkah 2.
Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih, dengan kertas penutup yang transparan berada di atas. Buka kertas penutup di bagian ujung yang
berlawanan dari tempat AKDR sampai kira-kira sepanjang setengah jarak dengan leher biru
Langkah 3.
Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka (hati-hati jangan sampai AKDR keluar dari tabung inserter). Kedua bagian kertas penutup yang sudah
terbuka dilipat ke setiap sisinya dan di pegang saat mengangkat, sehingga pendorong tetpa steril waktu dimasukkan ke dalam tabung inserter. Dengan tangan
yang lain, masukkan pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung batang AKDR
Langkah 4.
Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke atas
Langkah 5.
Pegang dan tahan ke 2 ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari. Tangan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung
kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga lengan AKDR berada di atas kertas pengukur. Sambil tetap memegang ujung ke
2 lengan, dorong inserter dengan tangan kanan sampai ke pangkal lengan sehingga ke 2 lengan akan terlipat mendekati tabung inserter
Langkah 6.
Tahan ke 2 lengan yang sudah terlipat tersebut dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangna kiri. Tarik tabung inserter meleati 2 ujung lengan,
kemudian dorong kembali dan putar sampai ke 2 ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada batas lempengan tembaga. Bagian
lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke dalam tabung inserter, sehingga tabung inserter jangan didorong terus kalau sudah terasa
ada tahanan.
Langkah 7.
Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavumuteri dan petunjuk arah mana lenan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung
inserter. Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru
bagian depan sama panjangnya dengan kedalaman kavumuteri yang telah diukur dengan sonde. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada
posisi horizontal sebidang dengan lengan AKDR
Langkah 8.
AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh penutup transparan secara hati-hati. Pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR dalam posisi
horizontal agar AKDR dan pendorong tidak jatuh. Jangan lepas AKDR sebelum tabung inserter mencapai fundus. Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai
tersentuh permukaan yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.
4. Pemasangan AKDR Copper T 380A
Langkah 1.
Tarik tenakulum (yang masih menepit servik sesudah melakukan sonde uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis
lurus. Masukkan dengan perlahan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke dalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru
dalam arah horizontal. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri , dorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh kanalis servikalis atau sampai terasa
ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal
Langkah 2.
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan yang lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini
lengan AKDR akan berada tepat di fundus
Langkah 3.
Kelurkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan
fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri
Langkah 4.
Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang servik sepanjang 3-4 cm, potong benang
tersebut dengan menggunakan gunting mayo yang tajam. Dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu keluarkan seluruh tabung inserter dari kanalis servikalis.
Gunakan forsep untuk menjepit benang AKDR kurang lebih 3-4 cm dari lubang servik. Forcep didorong kearah uterus dan potong benang di depan jepitan forsep
sehingga benang yang tersembul hanya 3-4 cm. memotong benang dengan menggunakan cara ini dapat mengurangi resiko tercabutnya AKDR. Lepas tenakulum. Bila
ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahan berhenti.
5. Pencabutan AKDR Copper T 380A
Langkah 1
. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya
Langkah 2
. Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR
Langkah 3
. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali
Langkah 4
. Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meninta klien untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberitahu mungkin timbul sakit
tapi itu normal
Pencabutan normal.
Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan tampontang yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi dan tarik benang pelan-pelan sambil diputar searah jarum
jam. Tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR
dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung ujung AKDR tersebut dan tarik keluar
Pencabutan sulit.
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis,
masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri.
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil
tetap menarik selama klien mengeluh tidak sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikalis sangat tajam,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan kebawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan
tenaga yang besar.
Langkah 5
. Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor IUD
No. Rekam Medik :
Tanggal/jam pengkajian :
Tempat pengkajian :
Oleh :
I.
Pengkajian
1. Data Subjektif
1) Identitas
(1) Nama ibu dan suami
Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil penderita supaya tidak keliru dengan penderita yang lain.
(2) Umur ibu
Sangat penting karena ikut menentukan prognosa usia reproduksi yang boleh menggunakan IUD
(3) Agama
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh agama terhadap kontrasepsi
(4) Suku/bangsa
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan klien.
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau taraf kemampuan berpikir ibu, sehingga bidan bisa menyampaikan penyuluhan KIE pada pasien dengan lebih mudah.
(6) Pekerjaan
Ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi penderita agar nasehat yang diberikan sesuai.
(7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal klien
2) Alasan kunjungan
Untuk mengetahui klien datang untuk menjadi calon akseptor KB IUD, kontrol, terdapat keluhan atau melepas IUD
3) Riwayat Menstruasi
- HPHT : untuk memastikan bahwa ibu tidak hamil dan untuk menentukan waktu pemasangan atau pelepasan IUD
- Fluor albus : untuk mengetahui adanya kemungkinan infeksi alat genital yang merupakan kontraindikasi pemasangan IUD
- Banyak darah dan dismenorea : penggunaan IUD akan menyebabkan darah haid semakin banyak dan dismenorea meningkat
4) Riwayat Kesehatan
Hal ini penting untuk mengetahui penyakit infeksi alat genital, tumor atau kanker alat genital dan perdarahan yang merupakan kontraindikasi penggunaan IUD
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat tiap kehamilan sebelumnya, jumlah anak dan jarak kelahiran serta apakah pernah mengalami abortus
6) Riwayat KB
Perlu ditanyakan jenis kontrasepsi yang pernah digunakan klien, berapa lama, keluhan dan alasan pemberhentian, kapan dilakukan pemasangan AKDR apakah AKDR
post plasenta
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : tidak ada kontraindikasi pada tekanan darah tinggi
BB : tidak ada kontraindikasi untuk tubuh gemuk atau kurus
2) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala : rambut bersih dan tidak rontok, muka dan mata tidak anemis
(2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
(3) Payudara : tidak ada hyperpigmentasi areola, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan.
(4) Abdomen : tidak ada pembesaran uterus, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
(5) Genetalia : vulva vagina tidak oedema, tidak varices, tidak ada pembesaran dan nyeri tekan kelenjar skene maupun bartholini
- Inspekulo : tidak ada lesi maupun keputihan pada vagina, tidak ada erosi pada porsio
- Bimanual : gerakan serviks bebas, uterus antefleksi/retrofleksi, tidak ada pembesaran pada adneksa
- Sonde : panjang uterus >5 cm
II.
Analisis Data
Diagnosa aktual : Papah, akseptor KB IUD (pasang, lepas atau kontrol)
Masalah : gangguan haid, nyeri perut, keputihan, benang hilang, tidak nyaman dengan benang, benang yang panjang
III.
Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial : tidak ada
IV.
Kebutuhan Tindakan Segera
· Pasang IUD : jika indikasi tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5hari pasca senggama
- Cabut IUD : jika terjadi perdarahan
1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan pada klien
R/ klien dapat mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Lakukan informed consent
R/ informed consent merupakan informasi dan bukti persetujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Lakukan konseling pra pelepasan atau pemasangan IUD
R/ konseling agar klien tentang KB IUD serta prosedur pemasangan atau pelepasannya
4. Lakukan prosedur pelepasan atau pemasangan IUD
R/ klien mendapat asuhan kebidanan yang diinginkan
5. Lakukan konseling pasca pemasangan atau pelepasan IUD
R/ klien mengerti yang harus dilakukan setelah mendapat asuhan kontrasepsi
6. Jelaskan waktu kontrol atau bila ada keluhan
R/ klien mendapat pelayanan/ tindakan segera terhadap keluhan yang dialami
VI.
Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan klien
VII.
Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari implementasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan
pada Pasangan Usia Subur. http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf (Diakses hari Rabu, tanggal 8 Januari 2014).
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Jakarta : YBPSP
0 comments:
Post a Comment