Tuesday 15 March 2016

Hubungan antara Obesitas dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kelebihan lemak tubuh atau obesitas saat ini merupakan sebuah epidemi yang muncul di seluruh dunia termasuk di negara yang sedang berkembang. Defisiensi nutrisi seperti Protein Energy Malnutrition (PEM), anemia, defisiensi vitamin dan mikronutrien adalah masalah nutrisi yang lebih diprioritaskan di Indonesia, namun kelebihan dan ketidakseimbangan asupan gizi yang berhubungan dengan pola hidup sedentary kini perlu diperhatikan karena meningkatnya angka kelebihan berat badan dan obesitas (Atmarita, 2005). Angka kejadian obesitas yang diteliti oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada tahun 2004 pada wanita di Indonesia meningkat dari tahun 1998 sebesar 11,02% dari 5,9% (Kartikawati, 2013). Prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi obesitas terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan prevalensi obesitas tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (19,5%) (Riskesdas, 2013).

Obesitas dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas (McPhee dan Ganong, 2005). Peningkatan prevalensi obesitas menarik perhatian karena kelebihan lemak tubuh dihubungkan dengan berbagai penyakit kronik dan degeneratif (Popkin, 2006). Boyle (2009) mengatakan bahwa nutrisi sangat memengaruhi penyembuhan luka. Obesitas atau kegemukan dapat menghambat penyembuhan luka, terutama luka dengan tipe penyembuhan primer (dengan jahitan) karena lemak tidak memiliki banyak pembuluh darah. Lemak yang berlebih dapat memengaruhi aliran darah ke sel (Arisanty, 2013). Jaringan lemak menyebabkan suplai darah tidak adekuat yang mengakibatkan lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap infeksi (Johnson, 2004).
Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) yang terbaru menyebutkan, sepanjang periode 2007-2012 kasus kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu penduduk atau meningkat sekitar 57% dari tahun 2007 dengan 15% disebabkan oleh sepsis (Ruslan, 2013). Upaya kesehatan untuk mengobati suatu penyakit atau meringankannya, sehingga dapat menyelamatkan nyawa ibu maupun janin, salah satunya dengan bedah sectio caesarea. Bedah sectio caesarea kadang menjadi alternatif persalinan yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat persalinan dengan cara sectio caesarea lebih dipilih daripada cara alami, meskipun tanpa indikasi medis (Kasdu, 2003). Data WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health di 23 negara, menunjukkan tingkat kelahiran sectio caesarea tanpa indikasi medis berkisar antara 0,01-2,10%, bahkan di China mencapai 11,6%. Operasi sectio caesarea diperkirakan terjadi 15% dari kelahiran di seluruh dunia pada tahun 2007. Proporsi kelahiran dengan cara sectio caesarea berkisar 21,1% dari total kelahiran yang ada di negara berkembang. SDKI menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sectio caesarea di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun 2007 sebesar 1,3-6,8% (Suryati, 2012).
Bersons dan Pernolls mengatakan bahwa angka kematian pada operasi sectio caesarea menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibandingkan persalinan pervaginam, dan untuk kasus infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Infeksi sebagian besar muncul setelah hari ke-7 post sectio caesarea. Angka infeksi setelah sectio secarea sangat sulit dievaluasi. Penelitian menunjukkan bahwa 47% infeksi potensial terjadi pada hari ketujuh post sectio caesarea (Boyle, 2009).
Studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2013 di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya, berdasarkan buku laporan telah dilakukan 463 operasisectio caesarea pada tahun 2013, dengan jumlah ibu post sectio caesarea tergolong obesitas adalah 174 (37,58%). Lukasectio caesarea yang terdiagnosa sebagai infeksi luka operasi sebesar 4,5% pada bulan November 2013. Boyle (2009) mengatakan bahwa sectio caesarea merupakan pembedahan bersih dan seharusnya memiliki angka infeksi tidak lebih dari 2%. Dibandingkan dengan angka tersebut maka kejadian ILO (Infeksi Luka Operasi) di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya harus diperhatikan. Berdasarkan keseluruhan penjabaran yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi masalah
Beberapa faktor umum yang memengaruhi penyembuhan luka, di bawah ini adalah :
1) Indeks massa tubuh (Obesitas)
Nutrisi yang buruk akan menghambat proses penyembuhan luka. Obesitas terbukti menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi luka. Lemak yang berlebih dapat memengaruhi aliran darah ke sel (Arisanty, 2013). Jaringan lemak menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat, mengakibatkan lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap infeksi (Johnson, 2004). Dampak patologis dari berat badan berlebih dan obesitas adalah buruknya penyembuhan luka. Buruknya penyembuhan luka disebabkan karena buruknya sistem sirkulasi perifer yang dapat mengakibatkan lambatnya proses penyembuhan luka (Barasi, 2007).
2) Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak penyembuhan luka, merokok juga memengaruhi pengambilan dan pelepasan oksigen ke jaringan (Johnson, 2004).
3) Usia
Usia memengaruhi gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas fibroblas (Boyle, 2009).
4) Gangguan tidur
Gangguan tidur menghambat penyembuhan luka karena meningkatkan anabolisme. Ibu nifas jarang menikmati tidur sepenuhnya setiap malam sehingga berisiko mengalami hambatan penyembuhan luka (Boyle, 2009).
5) Status psikologis
Ansietas dan stres dapat memengaruhi sistem imun sehingga menghambat penyembuhan luka. Stres mengakibatkan perubahan vaskular yang menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam jaringan padahal aktivitas fibroblas sangat membutuhkan oksigen (Boyle, 2009).
6) Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang memengaruhi penyembuhan luka adalah penyakit diabetes, jantung, ginjal, dan gangguan pembuluh darah (Arisanty, 2013).
7) Vaskularisasi
Vaskularisasi yang baik dapat menghantarkan oksigen dan nutrisi ke bagian sel terujung. Pembuluh darah arteri yang terhambat dapat menurunkan asupan nutrisi untuk mendukung penyembuhan luka (Arisanty, 2013).
8) Gangguan sensasi dan pergerakan
Gangguan sensasi memperburuk kondisi luka karena tidak ada rasa sakit atau terganggu terhadap luka tersebut, begitu pula gangguan pergerakan dapat menghambat aliran darah dari dan ke perifer (Arisanty, 2013).
9) Terapi radiasi
Terapi radiasi tidak hanya merusak sel kanker, tetapi juga merusak sel-sel yang berada disekitarnya. Komplikasi yang sering muncul adalah penurunan asupan nutrisi karena mual muntah dan kerusakan/ efek lokal pada daerah sekitar luka (Arisanty, 2013).
10) Obat
Obat-obatan yang menghambat penyembuhan luka adalah nonsteroidal anti-inflammatory drug/ NSAID, obat sitotoksik, kortikosteroid, imunosupresan, dan penisilin/ penisilamin (Arisanty, 2013).
1.2.2 Pertanyaan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dirumuskan masalah “Apakah ada hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di Rumah Sakit Bantuan 05.08.05 Surabaya?”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio ceasarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
1) Mengidentifikasi obesitas di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya.
2) Mengidentifikasi penyembuhan luka post sectio caesarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya.
3) Menganalisis hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi subjek penelitian
Ibu yang akan melahirkan dapat memilih bersalin dengan cara alami sehingga dapat meminimalkan angka kelahiran dengan operasi sectio caesarea. Ibu yang berencana hamil dan ibu yang sedang hamil harus menjaga berat badan agar tidak terjadi obesitas, yang apabila direncanakan untuk persalinan sectio caesarea tidak akan memperlambat proses penyembuhan luka post sectio caesarea.
1.4.2 Manfaat bagi masyarakat
Masyarakat diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea.
1.4.3 Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Manfaat bagi ilmu pengetahuan antara lain menambah kajian baru ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan tentang hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea serta diharapkan dapat digunakan sebagai masukkan peningkatan penjagaan mutu pelayanan kesehatan, menurunkan angka kejadian infeksi luka operasi serta menurunkan angka prevalensi obesitas, sehingga diperoleh suatu pengalaman dalam meningkatkan wawasan berfikir dalam pelaksanaan operasi sectio caesarea pada ibu hamil tanpa indikasi.

1.5 Risiko Penelitian
Risiko penelitian hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya adalah tidak mempunyai risiko terhadap subjek atau responden yang bersedia diteliti.
Share:  

0 comments:

Post a Comment