Wednesday, 16 March 2016

Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Myoma Uteri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Myoma kadang-kadang disebut juga fibroid atau lemiomata adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. Umumnya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau kelima dari kehidupan.
Myoma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertil, bisa terjadi sebagai akibat keguguran spontan, berulang atau tertutupnya bagian tuba yang berbeda di dalam rahim. Komplikasi kehamilan bias berbentuk persalinan premature, abortus, solutio plasenta dan distocia fibroid bias tumbuh cepat dalam masa hamil dan mengalami infark. Sebuah fibroid yang mengalami infark dapat menimbulkan rasa nyeri dan bias merupakan sebuah komplikasi kehamilan yang sangat sulit menanganinya.

Berdasarkan otopsi norax menemukan 27% wanita berumur 25 tahun memiliki sarang myoma. Myoma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% myoma yang masih tumbuh. Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Adapun dampak bila myoma uteri tidak diangkat yaitu terjadi pertumbuhan leimiosarkoma, nekrosis, dan infeksi. Untuk mencegah agar tidak terjadi dampak-dampak yang lebih parah, maka ada beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah terapi operatif yaitu dengan histerektomi total abdominal.
Histerektomi total abdominal dengan atau tanpa salphingektomi adalah salah satu operasi ginekologi yang paling sering dilakukan sehingga hal ini menjadi salah satu tindakan standar bagi ahli bedah ginekologi yang berpraktek. Meskipun klien telah mengalami pembedahan bukan bebrarti masalah sudah teratasi, tapi akan timbul dampak-dampak akibat pembedahan antara lain perubahan siklus hormone, menopause dini, timbul masalah coitus, peningkatan insien osteoporosis, adanya nyeri, lebih lama dalam mendapatkan kembali fungsi usus, kesulitan miksi. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang tepat untuk mengurangi rasa sakit pada klien, mencegah komplikasi setelah operasi dan menolong penyembuhan dalam fungsi-fungsi yang normal.
Tumor merupakan salah satu penyakit yang diikuti oleh wanita, sehingga masalah yang muncul pada klien myoma uteri ini tidak hanya masalah fisik tetapi juga terkait dengan masalah psikososial. Masalah fisik umumnya menyangkut nyeri, perdarahan dan masalah psikkososial mencakup cemas, gangguan body image dan proses kehilangan.
Bidan sebagai bagian dari integral dari pelayanan kesehatan memiliki peranan yang besar dalam proses penyembuhan penderita. Sehingga bidan harus mampu melakukan asuhan kebidanan yang benar pada pasien myoma uteri.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Kusus
Diharapkan mahasiswa mampu mempraktekkan atau mengaplikasikan apa yang telah didapatkan selama perkuliahan untuk memberikan pelayanan asuhan kebidanan pada mioma uteri di Poli Kandungan Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti seminar ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mengetahi definisi tentang myoma uteri
2. Mengetahi etiologi myoma uteri
3. Mengetahui manifestasi klinik dari myoma uteri
4. Mengetahui komplikasi myoma uteri
5. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan myoma uteri
1.3 Metode Penulisan
Laporan ini ditulis dengan metode observasi, praktek, dan studi kasus
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : Latar belakang, tujuan, metode penulisan, sistematika penulisan
BAB II : Landasan teori, mengenai masa nifas, section caesarea, PER
BAB III : Tinjauan kasus
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup, kesimpulan, dan saran

BAB II

TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Dasar Mioma Uteri
2.1.1 Pengertian Mioma Uteri
1. Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya, oleh karena itu dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.( Sarwono, 2008 : 891 )
2. Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan.(Manuaba, 1998 : 409)
3. Mioma uteri sering juga disebut Fibroid walaupun asalnya dari jaringan otot, dapat bersifat tunggal atau ganda, dan mencapai ukuran besar. (Buku Ginekologi FK Universitas Padjakaran Bandung: 154)
4. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yanag berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga lelomioma, fibromioma atau fibroid (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : 386).
2.1.2 Etiologi
Belum diketahui karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum dating haid (menarche) dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid (menopause). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarcoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu pasti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi ganas (Manuaba, 1998 : 410).
2.1.3 Patofisiologi

Berdasarkan teori genitoblast ( sel nesit) Meyer dan De snoo, dan rangsangan terus menerus setiap bulan dari estrogen, maka pertumbuhan mioma uteri terjadi:
1. Berlapis seperti berambang
2. Lokalisasi bervariasi
a. Sub serosa
· Di bawah lapisan peritoneum
§ Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan) abdomen
b. Intramural
Di dalam otot rahim dapat besar, padat dan lunak
c. Submukosa
§ Di bawah lapisan dalam Rahim
§ Memperluas permukaan ruangan Rahim
§ Bertangkai dan dapat di keluarkan melalui kanalis servikalis
d. Servikal mioma
Tumbuh di daerah serviks uteri.( Manuaba, 1998 : 410 )
3. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi :
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Sukar miksi atau defeksi
c. Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
a. Kehamilan dapat mengalami keguguran
b. Persalinan prematuritas
c. Gangguan saat proses persalinan
d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
e. Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Manuaba, 1998 : 411)
2.1.4 Jenis mioma uteri
1. Mioma sub mukosum
§ Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri.
§ Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt)
2. Mioma intiamural
Berada diantara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian bebas disebut wondering / parasitic fibroid.
(Sarwono, 2005)
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinik mioma uteri adalah:
1. Perdarahan tidak normal
· Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi
· Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
· Gangguan kontraksi otot rahim
· Perdarahan berkepanjangan
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi.
2. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:
· Terasa berat di abdomen bagian bawah
· Sukar miksi atau defekasi
· Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi:
· Kehamilan dapat mengalami keguguran
· Persalinan prematurus
· Gangguan saat proses persalinan
· Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
· Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 410 – 411)
2.1.6 Diagnosis
1. Memperkirakan kemungkinan mioma uteri dengan memperhatikan gejala klinik yaitu terdapat perdarahan menstruasi yang tidak normal, terdapat gangguan miksi atau BAB dan terasa nyeri saat menstruasi
2. Palpasi abdomen
Kadang-kadang adanya mioma dapat juga dengan pemeriksaan palpasi sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas tak sakit
3. Pemeriksaan bimanual
Tumor pada uterus yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol
4. Pemeriksaan dengan uterus sonde
Kavum Uteri menjadi luas
5. Pemeriksaan USG
( Manuaba, 1998 : 411 )
2.1.7 Diagnosis Banding
1. Kehamilan
2. Inversio Uteri
3. Adenomiosis
4. Koriokarsinoma
5. Karsino korpus uteri
6. Kista ovarium
7. Sarkoma uteri.
( Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : 387)
2.1.8 Komplikasi
Manuaba (2007) berpendapat bahwa mioma uteri dapat berdampak pada kehamilan dan persalinan, yaitu:
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri submukosum.
2. Kemungkinan abortus bertambah.
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserus.
4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.
5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma.
6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan intramural.
Menurut manuaba (2007), kehamilan dan persalinan juga dapat berdampak pada mioma uteri, yaitu:
1. Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin kaena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi.
2. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis, terutama ditengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasio karnosa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritonium dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (sterile). Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
3. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik perut mendadak (acute abdomen).
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Pengobatan konservatif / medikasi
Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamen Tosa (GnRH analog, preparat progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi), embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative. Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan menimbang banyak hal seperti umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya. Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma, akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin – rekasing – hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari perdarahan waktu pembedahan.
(Mari Baraden, dkk, 2007)
2. Pengobatan kolaboratif
§ Observasi
Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit lain.
§ Ekstirpasi
Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt umumnya dianjurkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase.
§ Laparatomi . momektomi
Bila fungsi reproduksi masih diperlukan
§ Histerektomi
Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat sebagai tindakan hemostasis.
(Crisdiono, 2004)
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang
Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus mioma uteri adalah :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
2.1.11 Pencegahan
1. Pada pemeriksaan fisik, mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin. Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
2. Pemeriksaan penunjang
· Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri.
· Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
· MRI (Magnetic Resonance Imaging) Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Pengertian
Asuhan kebidanan ada penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien. (Varney, 1997)
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran dan tindakan berdasarkan teori yang ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
I. Pengumpulan Data Dasar
1. Data Obyektif
a. Biodata
§ Nama dan Alamat
Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak terjadi kesalahan bila ada kesamaan dengan klien lain.
§ Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Christina Ibrahim, 1999 : 30)
§ Pendidikan
Pendidikan ibu membantu dalam pemberian penyuluhan pada klien. (Christina Ibrahim, 1980 : 25)
§ Perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali dan berapa lama ibu menikah. Hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan alat reproduksi ibu. (Christina Ibrahim, 1989 : 25)
§ Pekerjaan
Untuk menentukan sosial ekonomi pasien, misalnya : menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang diberikan. (Sulaiman Satrawinata, 1983 : 154)
b. Keluhan Utama
Apakah penderita datang untuk pemeriksaan kehamilan atau ada pengaduan-pengaduan lain yang penting dan sedang dialami. (Sulaiman Sastrawinata, 1983 : 154)
c. Riwayat Haid
Hal yang perlu ditanyakan sehubungan dengan riwayat menstruasi antara lain : menarche, siklus menstruasi, banyaknya darah yang keluar, HPHT, lamanya menstruasi, dismenorrhoe, dan cara-cara untuk memperoleh gambaran fungsi alat reproduksi. (Sulaiman Sastrawinata, 1983 : 154)
d. Riwayat obstetri yang lalu
Ditanyakan menikah berapa kali, anak berapa orang, slahir spontan/SC, berat badan lahir berapa, laki-laki/perempuan, anak lahir aterm/prematur, ada penyulit/tidak saat persalinan, nifas, kehamilan, berapa lama diteteki, usia anak berapa.
e. Riwayat kesehatan pasien
Untuk mengkaji apakah klien mempunyai riwayat kesehatan yang mempengaruhi penyakitnya saat ini. Misalnya seperti penyakit menurun antara lain : DM, hipertensi dan penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC dan penyakit tumor
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap klien, apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menurun seperti DM, hipertensi dan penyakit menular seperti : hepatitis, HIV/AID, TBC, serta dalam keluarga adakah yang menderita tumor/kanker.
g. Riwayat Penyakit Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien saat ini dari apa yang dirasakan saat ini dan ditunjang dengan pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium dan USG.
h. Riwayat KB
KB apakah yang pernah dipakai, digunakan oleh ibu apakah pil, suntik, IUD, susuk steril dan lain-lain.
i. Pola Kebiasaan Sehari-hari
(Depkes RI, 1993 : 65)
2. Data Obyektif
Bidan mengumpulkan data melalui pemeriksaan secara menyeluruh pada pasien, meliputi :
1) Pemeriksaan Umum
§ Keadaan umum
§ Tekanan darah : Ukuran normal systole 100-130 mmHg dan diastole
70-90 mmHg
§ Suhu : Ukuran normal 36ºC-37ºC
§ Nadi : Normalnya 80-100x/menit
§ Berat badan : Kenaikan rata-rata selama hamil ± 10-12 kg
§ Tinggi badan : Ukuran normal ≥ 145 cm, bila kurang dari 145 cm
kemungkinan adanya panggul sempit.
§ Pernapasan : Normalnya 18-20x/menit
(Depkes RI, 1993 : 67)
2) Pemeriksaan Fisik
- Muka : Pucat atau tidak, warna conjunctiva, sclera putih atau tidak, bibir pucat atau tidak
- Leher : Adakah pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adakah bendungan vena jugularis
- Ketiak : Adakah pembesaran kelenjar limfe
- Perut : Adakah luka bekas operasi, adakah massa, seberapa besar massa tersebut
- Kaki : Adakah oedem
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium / foto rongsen / pemeriksaan dalam / USG
II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : P… dengan mioma uteri
Masalah :
DS : berasal dari hasil anammese pasien yang menunjang diagnosa dengan masalah
DO : berasal dari hasil pemeriksaan petugas diagnosa dan masalah
III. Antisipasi Masalah Potensial (Langkah III)
Bidan mengantisipasi masalah potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi, contoh : Nekrosis dan infeksi, Torsi (putaran tangkai), Pertumbuhan leioma sarcoma, dan lain-lain.
IV. Mengidentifikasi Kebutuhan Segera (Langkah IV)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter sesuai dengan kondisi ibu untuk menyelamatkan jiwa ibu.
(PPKC, 2002)
V. Rencana Intervensi atau Menyusun Rencana Asuhan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
VI. Pelaksanaan Rencana Asuhan/Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian bagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Dapat dilakukan pengulangan kembali proses manajemen dengan benar terhadap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.
(PPKC, 2002 : 1-5)

Tanggal : ………….. Jam : ……………. 
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan sesuai dengan diagnosa dan masalah 
Evaluasi dengan SOAP 
S : Berasal dari hasil anamese pada pasien 
O : Berasal dari pemeriksaan petugas dan laboratorium 
A : Dengan mioma uteri 
P : Penatalaksanaan dibuat sesuai diagnosa dan masalah

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung
Bagian Ostetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran (1999) FK UNPAD, Bandung
JNPKKR-POGI (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Lynda Juall Carpenito (2000), Buku Saku DiagnosaKeperawatan, EGC, Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pedidikan Bidan”. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
Wong,Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia
Share:  

0 comments:

Post a Comment