Tuesday 15 March 2016

,

Jurnal Hubungan Obesitas dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA

STUDI KASUS DI RS BANTUAN 05.08.05 SURABAYA

 
Anindya DR1, Budi Utomo2, Budi Wicaksono3, Eighty Mardiyan Kurniawati4
1. Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia
2. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia
3. Departemen SMF Obstetri Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Indonesia
4. Departemen SMF Obstetri Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Indonesia
Alamat korespondensi:
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRACT
Background. Obesity is an emerging endemic throughout the world, includes in developing countries. The prevalence of obesity in Indonesia for adult women (> 18 years) is 32.9%, it was increase 18.1% from 2007 (13.9%) and 17.5% from 2010 (15.5%) (Riskesdas, 2013). Obesity can increase morbidity and mortality. Boyle (2009) said that nutrition affects wound healing and obesity may inhibit wound healing. The purpose of this study was to determine the relationship of obesity with wound healing post sectio caesarea.

Method. This study was a cross sectional analytic design. The sample was 38 mothers post sectio caesarea that controls the seventh day in 05.08.05 Bantuan Surabaya hospital. The samples were taken by systematic random sampling technique. Independent variable was obesity and the dependent variable was wound healing. The research instrument was the observation sheet and check list and data analysis using chi-square test.
Result. The results showed that of the 18 respondents who were obese by nearly half as much as 44.44% had primary intention, whereas 20 respondents who were not obese fraction as much as 15.00% had delayed primary or third intention.
Conclution. Based on the results of the chi square test shows that there is a relationship between obesity and wound healing, where the X2 count (6,92)> X2 table (3,84) so that H0 refused and H1 accepted, ρ - value = 0,022 at significance level α = 0,05, it means there is a significant relationship between obesity and wound healing post sectio caesarea in 05.08.05 Bantuan Surabaya hospital. Sectio caesarea should only be done if there is a medical indication. Mother post sectio caesarea should go on a diet to reduce obesity. Universal precautions should be considered especially apply handwashing with the right way to reduce the incidence of surgical wound infection.
Keywords : obese, wound, sectio caesarea

PENDAHULUAN
Angka kejadian obesitas yang diteliti oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada tahun 2004 pada wanita di Indonesia meningkat daripada tahun 1998 sebesar 11,02% dari 5,9% (Kartikawati, 2013). Prevalensi obesitas terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur (5,6%), dan prevalensi obesitas tertinggi di provinsi Sulawesi Utara (19,5%) (Riskesdas, 2013). Obesitas dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas (McPhee dan Ganong, 2005). Boyle (2009) mengatakan nutrisi sangat memengaruhi penyembuhan luka, terutama luka dengan tipe penyembuhan primer karena lemak tidak memiliki banyak pembuluh darah (Arisanty, 2013). Operasi sectio caesarea diperkirakan terjadi 15% dari kelahiran di seluruh dunia pada tahun 2007. SDKI menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sectio caesarea di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8% (Suryati, 2012).
Bersons dan Pernolls mengatakan bahwa angka kematian pada operasi sectio caesarea menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibandingkan persalinan pervaginam, dan untuk kasus infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Penelitian menunjukkan bahwa 47% infeksi potensial terjadi pada hari ketujuh post sectio caesarea (Boyle, 2009).
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio ceasarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu post sectio caesarea yang kontrol pada hari ke-7 yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia diteliti. Kriteria eksklusi adalah ibu post sectio caesarea yang tidak bersedia diteliti, operasi sectio caesarea karena indikasi bekas sectio caesarea sebelumnya dan mempunyai penyakit penyerta. Teknik pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 38 responden. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan April dan Mei 2014.
Variabel bebas adalah obesitas sedangkan variabel terikat adalah penyembuhan luka. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu mengobservasi langsung berat badan, tinggi badan dan luka operasi ibu post sectio caesarea yang kontrol pada hari ke-7 secara langsung yang sebelumnya dilakukan perawatan post sc yang sama sehingga didapat sampel homogen. Lembar pengumpul data menggunakan lembar observasi dan checklist. Analisis data menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur
Tabel 1 Distribusi frekuensi umur ibu post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya pada bulan April dan Mei 2014.
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
Menunda kehamilan (<20)
0
0
Reproduksi sehat (20-35)
26
68,42
Mengakhiri kehamilan (>35)
12
31,58
Total
38
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden post sectio caesarea yang kontrol di RS bantuan 05.08.05 Surabaya berumur 20-35 tahun dan termasuk dalam reproduksi sehat sebanyak 68,42% dan sisanya berusia >35 tahun.
Hurlock (1998) mengatakan bahwa usia berpengaruh juga terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Usia 20-30 tahun, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu usia 20-30 tahun akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca, dengan membaca akan semakin banyak pengetahuan yang diperoleh termasuk pengetahuan tentang pentingnya gizi.
Paritas
Tabel 2 Distribusi frekuensi paritas ibu post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya pada bulan April dan Mei 2014.
Paritas
Frekuensi
Persentase (%)
Primipara
12
31,58
Multipara
23
60,53
Grandemultipara
3
7,89
Total
38
100
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden post sectio caesarea yang kontrol di RS bantuan 05.08.05 Surabaya multipara sebanyak 60,53% dari seluruh responden dan sisanya termasuk primipara dan grandemultipara.
Friedman (2004) mengatakan salah satu faktor yang memengaruhi jumlah kehamilan adalah pendidikan. Tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengahnya ibu mempunyai pendidikan menengah sehingga masih banyak ibu yang termasuk dalam status gravida multipara.
Pendidikan
Tabel 3 Distribusi frekuensi pendidikan ibu post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya pada bulan April dan Mei 2014.
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
Dasar
12
31,58
Menengah
17
44,74
Tinggi
9
23,68
Total
38
100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setangahnya responden post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya berpendidikan menengah sebesar 44,74% dari seluruh responden. Responden lain berpendidikan dasar dan tinggi.
Azzahy (2008) mengatakan bahwa faktor eksternal yang memengaruhi tingkah laku seseorang salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang, seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Semakin baik pendidikan seseorang maka pengetahuan mereka juga semakin baik, termasuk pengetahuan tentang pentingnya gizi, tetapi seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula karena peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pekerjaan
Tabel 4 Distribusi frekuensi pekerjaan ibu post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya pada bulan April dan Mei 2014.
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Bekerja
22
57,89
Bekerja
16
42,11
Total
38
100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya tidak bekerja sebanyak 57,89% dari seluruh jumlah responden.
Madanijah (2004) mengatakan bahwa peningkatan pendapatan merupakan salah satu faktor yang memberikan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas maupun kuantitas yang lebih baik. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Hartono (2006) mengatakan bahwa status ekonomi juga dapat memengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit karena perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Seseorang yang status ekonominya kurang atau tidak bekerja biasanya kesulitan dalam menyediakan makanan bergizi., sebaliknya orang yang status ekonominya cukup, lebih mudah untuk menyediakan makanan yang bergizi.
Obesitas
Tabel 5 Distribusi frekuensi obesitas ibu post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya pada bulan April dan Mei 2014.
Observasi IMT
Total
Persentase (%)
Obesitas
18
47,37
Tidak obesitas
20
52,63
Total
38
100
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden post sectio caesarea yang kontrol di RS bantuan 05.08.05 Surabaya indeks massa tubuhnya tidak termasuk dalam kategori obesitas sebanyak 52,63% dari seluruh jumlah responden dan sisanya sebanyak 47,37% termasuk dalam kategori obesitas. Moehyi (1997) menyatakan bahwa wanita yang telah melahirkan anak cenderung untuk overweight bahkan obesitas. Kenaikan berat badannnya sebanyak 12,5 kilogram semasa hamil, sebagian besar dalam bentuk lemak tubuh, berfungsi sebagai cadangan selama masa menyusui. Jumlah kelebihan lemak itu akan semakin bertambah banyak dengan semakin seringnya wanita itu hamil.
Permasalahan status gizi terutama obesitas merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, pada wanita yang baru menjadi ibu hampir tidak dapat dihindari mengalami gizi yang tidak adekuat. Permasalahan tersebut dapat dicegah dengan cara memperhatikan status gizi ibu post sectio caesarea, sangat penting mengatur konsumsi makanan setiap hari dengan menu gizi seimbang, selalu memantau kenaikan berat badan, dan menumbuhkan motivasi pada ibu nifas untuk selalu memperhatikan status gizinya. Langkah penting dan awal yang harus ditempuh adalah memberikan pengetahuan dasar mengenai zat gizi dan fungsinya.
Penyembuhan luka
Tabel 6 Distribusi frekuensi penyembuhan luka ibu post sectio caesarea yang kontrol di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya pada bulan April dan Mei 2014.
Penyembuhan luka
Total
Persentase (%)
Primer
25
65,79
Primer terlambat
13
34,21
Total
38
100
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden post sectio caesarea yang kontrol di RS bantuan 05.08.05 Surabaya penyembuhan lukanya termasuk dalam penyembuhan luka primer sebanyak 65,79% dari seluruh jumlah responden dan sisanya sebanyak 34,21% termasuk dalam penyembuhan luka primer terlambat.
Boyle (2009) mengatakan bahwa sectio caesarea merupakan pembedahan bersih dan seharusnya angka infeksinya tidak lebih dari 2%. RS Bantuan 05.08.05 Surabaya adalah salah satu RS yang melakukan pembedahan bersih, pasien post sectio caesarea menjalani perawatan dan pengobatan secara baik, penggunaan antibiotika sebelum menjalani operasi serta perawatan pasca operasi yang dilakukan secara asepsis sesuai SOP yang seharusnya akan menghindarkan luka dari infeksi sehingga akan memungkinkan kesembuhan luka secara primer pada hari ke-7 saat kontrol nifas pertama kali, walaupun terdapat kekhawatiran lain mengenai resistensi terhadap antibiotik sehingga membutuhkan penanganan yang lebih lanjut untuk mengontrol penyebaran infeksi.
Arisanty (2013) mengatakan bahwa penyembuhan luka secara primer terlambat terjadi jika penyembuhan luka secara primer mengalami infeksi atau ada benda asing sehingga penyembuhannya terhambat. Proses penyembuhan luka secara primer terlambat yang dialami oleh ibu post sectio caesarea disebabkan oleh banyak faktor tidak hanya dapat dilihat dari asuhan yang diberikan dari RS dan perawatan luka post sectio caesarea saja. Faktor yang memengaruhi penyembuhan luka sangat banyak sekali diantaranya obesitas atau indeks masa tubuh, merokok, usia, gangguan tidur, status psikologis, penyakit penyerta, vaskularisasi, gangguan sensasi, terapi radiasi dan obat-obatan.
Asuhan yang optimal, perawatan luka secara asepsis, memperhatikan faktor penyembuhan luka lainnya dan memberikan KIE pada masyarakat tentang faktor yang memengaruhi penyembuhan luka post sectio caesarea adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi angka kejadian infeksi.
Ibu post sectio caesarea dan petugas kesehatan harus mewaspadai terjadinya infeksi dan harus memberikan perhatian khusus terhadap teknik cuci tangan yang efektif dan pemakaian sarung tangan bila melakukan kontak langsung dengan luka atau area tubuh yang berpotensi menimbulkan morbiditas.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurulhuda (2013) tentang analisis hubungan kepatuhan perawat terhadap penerapan metode universal precaution dengan penyembuhan luka operasi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penerapan universal precautions dengan proses penyembuhan luka operasi dengan nilai p-value 0,023. Penelitian ini memperlihatkan bahwa penerapan seluruh prosedur universal precautions memiliki peluang 5,4 kali untuk mencegah terjadinya tanda dan gejala infeksi akan tetapi tidak semua perawat menjalankan prosedur universal precautions sehingga angka kejadian infeksi luka operasi masih saja tinggi.
Tindakan perawatan luka post operasi akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu memperhatikan metode universal precautions yang telah ditetapkan seperti mencuci tangan dahulu, begitu pula dengan alat-alat yang akan digunakan harus disterilkan dulu sebelum digunakan pada klien. Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial pada tindakan perawatan luka post operasi maupun tindakan invasif lainnya bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan petugas dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien secara benar, karena sumber bakteri Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Surgical Site Infection (SSI) dapat berasal dari pasien, perawat dan tim, lingkungan, termasuk juga instrumentasi.
Hubungan obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya
Tabel 7 Tabel silang hubungan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya pada bulan April dan Mei 2014.
Observasi IMT
Penyembuhan luka
Total
Primer
Primer terlambat
n
%
n
%
n
%
Obesitas
8
44,44
10
55,56
18
100
Tidak obesitas
17
85,00
3
15,00
20
100
Total
25
13
38
Uji chi square (X2 hitung) = 6,92 ; p-value = 0,022
Berdasarkan tabel 7 hasil penelitian 38 responden menunjukkan bahwa dari 18 responden yang obesitas hampir setengahnya sebanyak 8 responden (44,44%) mengalami penyembuhan luka secara primer dan sebagian besar sebanyak 10 responden (55,56%) mengalami penyembuhan luka secara primer terlambat, sedangkan 20 responden yang tidak obesitas hampir seluruhnya sebanyak 17 responden (85,00%) mengalami penyembuhan luka secara primer dan sebagian kecil sebanyak 3 responden (15,00%) mengalami penyembuhan luka secara primer terlambat.
Berdasarkan hasil uji statistik chi square didapatkan hasil χ² hitung (6,92) > χ² tabel (3,84) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, besar nilai p-value = 0,022 pada tingkat kemaknaan α = 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RS Bantuan 05.08.05 Surabaya dengan kuat korelasi rendah atau lemah tapi pasti dengan nilai KK=0,393.
Boyle (2009) mengatakan nutrisi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Status gizi pada seseorang adalah faktor utama yang memengaruhi proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat. Beberapa faktor yang terkait nutrisi yang dapat menghambat penyembuhan luka adalah kegemukan (obesitas). Kegemukan terjadi karena penyimpanan lemak berlebih dalam tubuh. Lemak memiliki kemampuan vaskularisasi yang kurang baik dibandingkan otot. Obesitas atau kegemukan dapat menghambat penyembuhan luka, terutama luka dengan tipe penyembuhan primer (dengan jahitan) karena lemak tidak memiliki banyak pembuluh darah. Lemak yang berlebih dapat memengaruhi aliran darah ke sel (Arisanty, 2013). Obesitas merupakan perhatian utama dalam kehamilan dan Confidential Enquiries into Maternal Deaths telah mengidentifikasi hubungan yang kuat antara obesitas dan komplikasi selama waktu melahirkan (Boyle, 2009).
Petugas kesehatan memiliki peran penting dalam memberi saran dan asuhan kepada ibu post sectio caesarea. Periode post natal adalah waktu ketika banyak wanita memulai diet. Mayoritas ibu yang pertama melahirkan terkejut karena berat badan yang menetap segera pasca persalinan, dan mereka akan dengan serius berupaya untuk menurunkan berat badan tanpa mempertimbangkan kebutuhannya, yang berdampak buruk pada status gizi ibu post natal. Seorang ibu post natal dapat mengalami kenaikan berat badan selama kehamilan, baik kenaikan dalam berat yang wajar maupun berlebihan. Kenaikan berat badan ini bukan jaminan bahwa ia mengkonsumsi diet yang baik disertai nutrien yang akan membantu melindunginya dari infeksi dan menjamin penyembuhan yang efisien dalam periode post natal.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar ibu post sectio caesarea tidak obesitas, sebagian besar ibu post sectio caesarea penyembuhan luka secara primer dan ada hubungan obesitas dengan penyembuhan luka post sectio caesarea,
Saran untuk petugas kesehatan harus lebih optimal dalam memberikan asuhan dan KIE mengenai manfaat gizi, pola makan seimbang, serta memberikan pengetahuan tentang faktor yang memengaruhi penyembuhan luka post sectio caesarea. Petugas kesehatan juga harus memahami prinsip penyembuhan luka yang menjadi dasar asuhan yang diberikan kaitannya dengan penatalaksanaan luka. Masyarakat khususnya ibu nifas post sectio caesarea harus selalu memperhatikan status nutrisinya. Status gizi yang baik didapat dengan mengatur pola makan, makan makanan yang seimbang, memperhatikan informasi yang diberikan petugas kesehatan tentang pentingnya gizi. Petugas kesehatan juga harus memahami prinsip penyembuhan luka yang menjadi dasar asuhan penatalaksanaan luka dan memperhatikan universal precausions yang telah ditetapkan untuk mengurangi terjadinya infeksi.

PUSTAKA
Arisanty, I.P, 2013. Konsep dasar manajemen perawatan luka. Jakarta: EGC.
Arisman, 2013. Obesitas, diabetes mellitus, & dislipidemia. Jakarta: EGC.
Atmarita, 2005. Nutrition problems in indonesia. The article for An Integrated International Seminar and Workshop on Lifestyle – Related Diseases. Gajah Mada University [Internet], 19 – 20 March, 2005. Available from: http://www.gizi.net/download/nutrition%20problem%20in%20Indonesia.pdf. [Accessed 3 November 2010]
Bahiyatun, 2009. Asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC.
Barasi, M.E, 2007. Ilmu gizi. Jakarta: Erlangga
Beck, M.E, 2000. Ilmu gizi & diet hubungannya dengan penyakit-penyakit untuk perawat dan dokter. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Boyle, M, 2009. Pemulihan luka. Jakarta: EGC.
Budiyanto, 2002. Obesitas dan perkembangan anak. Jakarta: Grafindo Persada.
Budiyono, 2002. Gizi dan kesehatan. Malang: Bayu Media.
Chandra, B, 2008. Metologi penelitian kesehatan. Jakarta: EGC
Danis, D, 2010. Kamus istilah kedokteran. Surabaya: Gitamedia Press.
Fraser, D.M dan Cooper, M.A, 2009. Myles buku ajar bidan. Edisi 14. Jakarta: EGC.
Hartono, A, 2006. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Jakarta: EGC.
Haryanti, L, 2009. Prevalens dan faktor risiko infeksi luka operasi pasca-bedah. [Internet], Vol. 15, No. 4, 207-212. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-4-2.pdf. [Accessed Desember 2013]
Hasan, M.I, 2006. Pokok-pokok materi statistik 1 (statistic deskriptif). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hidayat, A, 2010. Metode penelitian kebidanan & teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, E, 1993. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.
Johnson, R. dan Taylor, 2004. Buku ajar praktik kebidanan. Jakarta: EGC.
Kartikawati, A, 2012. 25(OH)D resistensi insulin dan inflamasi pada pria obesitas sentral. Forum Diagnosticum [Internet], ISSN 0854-7173│No.05/2012. Available from: http://prodia.co.id/forum-diagnosticum/forum-diagnosticum-no-52012. [Accessed Januari 2013]
Kasdu, D, 2003. Operasi caesar masalah dan solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Madanijah, 2004. Pendidikan gizi dalam pengantar pengadaan pangan dan gizi, Jakarta: Penebar Swadana.
Maharram, A, 2007. Penyembuhan luka. Surabaya: Universitas Airlangga.
Mansjoer, 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Manuaba, I.B.G, 1998. Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter. Jakarta: EGC.
Marzoeki, D, 1993. Ilmu bedah luka dan perawatannya (luka, asepsis/ anti sepsis dan disinfektan, luka bakar). Surabaya: Airlangga University Press.
McPhee, S.J and Ganong, W.F, 2005. Pathophysiology of diseases : An introduction to Clinical Medicine 5th edition. International ed. Lange.
Moehyi, S, 1997. Pengaturan makanan dan diit untuk penyembuhan penyakit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moore, M.C, 1997. Buku pedoman terapi diet dan nutrisi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates.
Notoadmodjo, S, 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan : pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Nurulhuda, U, Mumpuni, dan Suharyanto, T, 2013. Analisis hubungan kepatuhan perawat terhadap penerapan metode universal precaution dengan penyembuhan luka operasi. Jurnal Health Quality [Internet], Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 – 76. Available from : http://www. http://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/88JURNAL_UUN_Nurulhuda.pdf . [Accessed 9 Desember 2013]
Popkin, B.M, 2005. Global nutrition dynamics: the world is shifting rapidly toward a diet linked with noncommunicable diseases. American Journal of Clinical Nutrition [Internet], Vol. 84, No. 2, 289-298. Available from : http://www.ajcn.org/content/84/2/289.full?sid=c587e903-7369-4a7e-a348-a1c7ed678643 . [Accessed 17 Januari 2011]
Prawirohardjo, S, 2007. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Riess, U, 2008. Menjadi ibu bahagia pasca persalinan. Jogjakarta : Luna Publisher.
RISKESDAS, 2013. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. [Internet] Available from: http://www.depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf . [Accessed 1 Desember 2013]
Ruslan, K, 2013. Catatan menjelang 2014: angka kematian ibu meningkat. [Internet] Available from: http://m.kompasiana.com/post/read/595295/1/catatan-menjelang-2014-angka-kematian-ibu-meningkat.html . [Accessed 3 Oktober 2013]
Sabiston, D.C, 1992. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC.
Sediaoetama, A.D, 2006. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Subardja, D, 2004. Obesitas primer pada anak : diagnosis, patogenesis dan patofisiologi. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Sulasmi, W.I, 2010. Hubungan antara status gizi pasien post sectio caesaea dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di unit rawat jalan nifas RSUD Dr.Soetomo Surabaya . Karya Tulis Ilmiah. Program studi Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Supariasa, I, 2012. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Suriadi, 2004. Perawatan luka. Jakarta: Sagung Setyo.
Suryati, T, 2012. Percentage of sectio caesaria in Indonesia is passad the maximum standard, is it in accordance to medical indication. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan [Internet], Vol.15, No.4, 331–338. Available from: http://www.ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/viewFile/3031/3001 . [Accessed 30 Oktober 2012]
Tumirah, 2009. Perbandingan Lama Peyembuhan Luka Post Operasi Seksio Sesarea dengan Terapi Antibiotika Profilaksis dan Terapeutik. Jurnal Penelitian Politeknik Kesehatan 2/6: 99-106.
Wiknjosastro, H, 2010. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Share:  

0 comments:

Post a Comment