Monday, 14 March 2016

SAP Kehamilan Risiko Tinggi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

 
Pokok Bahasan : Kehamilan Resiko Tinggi
Sasaran             : Ibu-ibu hamil
Hari, tanggal      : Sabtu, 13 Juli 2013
Waktu               : Pukul 09.00 WIB - selesai
Tempat              : Puskesmas Krembangan Selatan

Tujuan             : Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan ibu hamil dapat menjelaskan tentang kehamilan resiko tinggi
Media              : Power point, leaflet
Metode            : Ceramah, tanya jawab
Materi              : Kehamilan resiko tinggi


Kegiatan Penyuluhan
No
Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Sasaran
Media
1. Pembukaan 5 menit
· Mengucapkan salam
· Memperkenalkan tim penyuluh
· Membagikan leaflet
· Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan
· Menyebutkan materi yang akan disampaikan
· Menyebarkan daftar hadir
· Menjawab salam
  • Mendengarkan
· Mengisi daftar hadir
  • Presensi
  • Power point
2. Penyuluhan 20 menit
· Menjelaskan berbagai resiko tinggi pada kehamilan
· Memberi kesempatan peserta untuk bertanya
· Mendengarkan materi penyuluhan
· Melihat-lihat leaflet
  • Bertanya
  • Power point
3. Penutup 5 menit
· Memberikan pertanyaan kepada sasaran, dan membagikan doorprize
· Mengucapkan terima kasih dan salam
· Menjawab pertanyaan
· Menjawab salam
  • Doorprize

Pengorganisasian
Pembawa acara : Petisa Anita
Pembicara : Handinis Sonya
Fasilitator : Erlyna Usman
Observer : Anindya Diah

Kriteria Evaluasi
a. Struktur
· Peserta hadir di puskesmas Krembangan Selatan
· Penyuluhan dilaksanakan di puskesmas Krembangan Selatan
· Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan.
b. Proses
· Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
· Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat saat penyuluhan
· Penyuluh dapat menyampaikan materi dengan tepat
· Peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar
c. Hasil
· Peserta dapat menjelaskan kembali tentang kehamilan resiko tinggi

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Kematian Balita (AKABA). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI tahun 2002 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007).
Walaupun mengalami penurunan, AKI di Indonesia masih belum mencapai target yang sudah ditetapkan oleh MDG (Millenium Development Goal) yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Berdasarkan data proporsi kematian ibu menurut provinsi, terdapat 5 provinsi yang diidentifikasi sebagai penyumbang angka kematian ibu terbesar. Sebanyak 50% atau setengahnya kematian ibu terjadi di provinsi Jawa Barat (19,8%), Jawa Tengah (15,3%), Nusa Tenggara Timur (5,6%), Banten (4,7%) dan terakhir Jawa Timur (4,3%) (Depkes RI, 2007).
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Penyebab kematian ibu terbesar di Indonesia menurut Departemen Kesehatan tahun 2007 antara lain perdarahan (29%), eklampsi (27%) dan infeksi (11%). Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu, anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen.
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan di mana kehamilan itu dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau sebaliknya, penyakit ibu dapat berpengaruh buruk pada janinnya, atau keduanya ini saling berpengaruh. Kehamilan risiko tinggi (high risk pregnancy) merupakan ancaman (Saifuddin, 2003).

Macam-macam kehamilan risiko tinggi
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:

B.1. Risiko

Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
· Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
· Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003).

Batasan Faktor Risiko / Masalah

A. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO

(kehamilan yang perlu diwaspadai)
1. Primi muda (Skor : 4)
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
· Bayi lahir belum cukup bulan
· Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
· Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
2. Primi tua (Skor : 4)
Lama perkawinan ≥ 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:
· Suami istri tinggal serumah
· Suami atau istri tidak sering keluar kota
· Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
Bahaya yang terjadi pada primi tua:
· Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.
· Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003).
Pada umur ibu ≥ 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:
· Hipertensi / tekanan darah tinggi
  • Pre-eklamsia
· Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
· Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
· Perdarahan setelah bayi lahir
· Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:
- Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.
- Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya lebih dari 45 tahun
- Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.
- Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)
3. Anak terkecil < 2 tahun (Skor : 4)
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:
· Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
· Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu
· Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
4. Primi tua sekunder (Skor : 4)
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada:
· Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
· Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Persalinan dapat berjalan tidak lancar
· Perdarahan pasca persalinan
· Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji Rochjati, 2003).
5. Grande multi (Skor : 4)
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
· Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
· Kekendoran pada dinding perut
· Tampak ibu dengan perut menggantung
· Kekendoran dinding rahim
Bahaya yang dapat terjadi :
· Kelainan letak, persalinan letak lintang
· Robekan rahim pada kelainan letak lintang
· Persalinan lama
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. (Rustam M., 1998)
Pada grandemultipara bisa menyebabkan:
· Solusio plasenta
· Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)
6. Umur 35 tahun atau lebih (Skor : 4)
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:
· Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
· Ketuban pecah dini
· Persalinan tidak lancar / macet
· Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang (Skor : 4)
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:
· Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:
- Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.
- Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
· Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
· Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).
8. Riwayat obstetric jelek (ROJ) (Skor : 4)
Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
· Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
- Keguguran
- Lahir belum cukup bulan
- Lahir mati
- Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
· Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali
· Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan
Bahaya yang dapat terjadi:
· Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
· Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).
9. Persalinan yang lalu dengan tindakan (Skor : 4)
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:
· Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi robekan / perlukaan jalan lahir dan perdarahan pasca persalinan
· Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
- Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
- Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc
Bahaya yang dapat terjadi:
· Radang, bila tangan penolong tidak steril
· Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
  • Perdarahan
10. Bekas operasi sesar (Skor : 8)
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003). 

B. Ada Gawat Obstetri / AGO

(tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)
1) Penyakit pada ibu hamil
Anemia (kurang darah)
Keluhan yang dirasakan ibu hamil:
· Lemah badan, lesu, lekas lelah
· Mata berkunang-kunang
· Jantung berdebar
Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:
· Pucat pada muka
· Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.
Dari hasil Laboratorium:
· Kadar Hb < 11 gr%
Pengaruh anemia pada kehamilan:
· Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
· Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah
· Persalinan premature
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
· Kematian janin mati
· Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
· Persalinan lama
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti:
· kematian mudigah
· kematian perinatal
  • prematuritas
· dapat terjadi cacat bawaan
· cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)
Malaria
Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:
· Panas tinggi
· Menggigil, keluar keringat
· Sakit kepala
  • Muntah-muntah
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.
Bahaya yang dapat terjadi:
  • Abortus
  • IUFD
· Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
Tuberculosa paru
Keluhan yang dirasakan:
· Batuk lama tak sembuh-sembuh
· Tidak suka makan
· Badan lemah dan semakin kurus
· Batuk darah
Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang.
Bahaya yang dapat terjadi:
  • Keguguran
· Bayi lahir belum cukup umur
· Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
Payah jantung
Keluhan yang dirasakan:
· Sesak napas
· Jantung berdebar
· Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
· Nadi cepat
· Kaki bengkak
Bahaya yang dapat terjadi:
· Payah jantung bertambah berat
· Kelahiran premature
· Dalam persalinan:
- BBLR
- Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002)
Diabetes mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
· Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
· Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir
· Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)
Bahaya yang dapat terjadi:
· Persalinan prematur
  • Hydramnion
· Kelainan bawaan
  • Makrosomia
· Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
· Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati, 2003).
Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:
  • pre-eklamsia
· kelainan letak janin
· insufisiensi plasenta
Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:
· inersia uteri dan atonia uteri
· distosia bahu karena anak besar
· lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea
· lebih mudah terjadi infeksi
· angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)
HIV / AIDS
Bahaya yang dapat terjadi:
· Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi
· Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur
· Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati, 2003).
Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus
· Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus. (Poedji Rochjati, 2003).
2) Pre-Eklamsia ringan (Skor : 4)
Tanda-tanda:
· Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
· Tekanan darah tinggi
· Dalam urin terdapat Proteinuria
Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia ringan.
Bahaya bagi janin dan ibu:
· Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
· Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
3) Hamil kembar (Skor : 4)
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
· Sesak napas
· Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
  • Varises
  • Hemorrhoid
Bahaya yang dapat terjadi:
· Keracunan kehamilan
  • Hidramnion
  • Anemia
· Persalinan prematur
· Kelainan letak
· Persalinan sukar
· Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu.
Pengaruh terhadap ibu:
· Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.
· Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
· Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
· Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva
· Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak pertama lahir.
Pengaruh terhadap Janin:
· Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.
· Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.
· Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)
4) Hidramnion / Hamil kembar air (Skor : 4)
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
· Sesak napas
· Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter
· Edema labia mayor, dan tungkai
Bahaya yang dapat terjadi:
· Keracunan kehamilan
· Cacat bawaan pada bayi
· Kelainan letak
· Persalinan prematur
· Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:
· penyakit jantung
  • nefritis
· edema umum (anasarka)
· anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)
5) Janin mati dalam rahim (Skor : 4)
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
· Tidak terasa gerakan janin
· Perut terasa mengecil
· Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam.
Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:
· DJJ tidak terdengar
· Hasil tes kehamilan negatif
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
· Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
6) Hamil serotinus / Hamil lebih bulan (Skor : 4)
Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
· Janin mengecil
· Kulit janin mengkerut
· Lahir dengan berat badan rendah
· Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
7) Letak sungsang (Skor : 8)
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
· Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).
8) Letak lintang (Skor : 8)
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
· Bahaya bagi ibu
- Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
- Infeksi
- Ibu syok dan dapat mati
· Bahaya bagi janin Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).

C. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO

(Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
1) Perdarahan antepartum (Skor : 8)
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
· Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
· Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut rahim.
Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
· Dapat membahayakan ibu:
- Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
- Ibu dapat meninggal
· Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
2) Pre-Eklamsia berat / Eklamsia (Skor : 8)
Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.
Bahaya yang dapat terjadi:
· Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
· Bahaya bagi janin:
- Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
- Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
Langkah-langkah Pencegahan
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan:
1. Satu kali pada triwulan I (K1)
2. Satu kali pada Triwulan II
3. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
Tujuan perawatan antenatal:
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik meupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).
Tempat Persalinan Sesuai dengan Skor :
Kehamilan Persalinan dengan Resiko
Jumlah skor Kelompok resiko Perawatan Rujukan Tempat Penolong
2 KRR Bidan Tidak dirujuk Rumah
Polindes
Bidan
6-10 KRT Bidan
Dokter
Bidan
Puskesmas
Polindes
PKM/RS
Bidan
Dokter
≥ 12 KRST Dokter Rumah sakit RS Dokter
Share:  

0 comments:

Post a Comment